"Bagi Chairil, tiap seniman haruslah seorang perintis jalan yang tidak segan memasuki hutan rimba yang penuh dengan binatang buas, tidak segan mengarungi lautan luas tak bertepi," tulis JS Badudu di Kompas
"Seniman adalah tanda dari hidup yang melepas bebas, tetapi bukan lepas bebas tergapai- gapai tak menentu, melainkan bebas dalam arti tidak terikat dan terkungkung dalam melahirkan cita dan kemauan," ujarnya.
Umur hidup seorang Chairil Anwar, tak sepanjang umur karyanya yang abadi sampai sekarang. Ia meninggal pada usia 27 tahun, kala namanya tengah menanjak sebagai seorang yang mempelopori puisi modern.
Di hidupnya yang singkat itu ia menghasilkan 69 sajak asli, 4 saduran, 10 terjemahan, 4 prosa asli dan 4 terjemahan. Semuanya 93 tulisan.
Meski karyanya tidak sebanyak penyair lainnya, namun ia menjadi salah satu ikon dunia sastra Indonesia.
"Dibanding dengan Amir Hamzah dan Sanusi Pane misalnya (Pujangga Baru), Chairil belum dapat dikatakan penyair yang produktif. Tetapi bukan jumlah yang menentukan kepeloporannya, melainkan bentuk baru bahkan sangat baru dalam Perpuisian Indonesia yang membuat dia dianggap berjasa," tulis JS Badudu.
Namun ada sedikit hal yang mencoreng namanya, yakni tuduhan plagiat puisi berjudul "Datang Dara Hilang Dara." Puisi ini baris demi baris merupakan terjemahan dari puisi karangan Hsu Chi Mo yang berjudul "A Song of the Sea".
HB Jassin, tokoh terkemuka puisi Indonesia, membela Chairil Anwar dengan mengatakan bahwa itu hanya pengaruh, dan bukan bukti plagiat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.