KOMPAS.com - Sebaran hoaks masih terus bermunculan di media sosial, dengan berbagai narasi yang berusaha meyakinkan pembaca.
Tim Cek Fakta Kompas.com menemukan sejumlah informasi keliru yang diunggah oleh beberapa akun media sosial.
Pekan ini, beredar hoaks mencakup berbagai topik mulai dari politik, kesehatan sampai dengan sains.
Berikut ringkasan penelusuran fakta sejumlah informasi keliru yang beredar di media sosial sepanjang pekan ini :
Beredar informasi di media sosial Facebook narasi yang mengeklaim cuaca akan menjadi lebih pada Juli-Agustus 2022 karen fenomena Aphelion.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim bahwa Aphelion menyebabkan cuaca menjadi lebih dingin tidak benar.
Dilansir dari laman Edusainsa, peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang mengatakan, fenomena Aphelion tidak berdampak pada penurunan suhu di permukaan Bumi.
Andi menjelaskan, faktor klimatologis atau iklim turut berperan besar dalam perubahan suhu di suatu wilayah, sehingga aphelion tidak memengaruhi perubahan suhu di permukaan Bumi secara langsung.
Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin mengatakan, cuaca dingin yang terjadi akhir-akhir ini adalah hal yang normal.
Miming menyebut suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli-September.
Baca selengkapnya: [HOAKS] Suhu Juli-Agustus 2022 Lebih Dingin karena Fenomena Aphelion
Narasi tentang vaksin Covid-19 yang dapat menurunkan fertilitas atau kesuburan pria beredar di media sosial. Dalam narasi yang disebutkan bahwa kelahiran mengalami penurunan akibat adanya vaksinasi.
Penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks. Beberapa pakar urologi menjelaskan, belum ada penelitian imiah yang bisa membuktikan vaksinasi Covid-19 terkait dengan fertilitas atau keseburan pria.
Ranjith Ramasamy, Associate Professor Urologi di University of Miami mengatakan bahwa masih belum ada bukti yang menunjukkan bahwa kesuburan pria menurun akibat vaksin Covid-19.
Pada 2021, Ramasamy melakukan penelitian pada 45 orang pria yang sudah divaksin. Hasilnya tidak ditemukan adanya penurunan parameter sperma.