KOMPAS.com - Nama Liem Swie King tidak asing di kalangan pencinta bulu tangkis Indonesia. Pria asal Kudus, Jawa Tengah ini dikenal sebagai raja smes.
Ia kerap merepotkan lawan dan menghibur penonton lewat permainannya yang cepat, berani, dan kerap melancarkan smes keras.
Nama King melejit ketika secara mengejutkan di turnamen All England 1976 berhasil melaju sampai final. King yang saat itu masih berusia 20 tahun membuat publik takjub dengan penampilan gemilangnya.
Namun sayangnya, di partai final ia harus menyerah dari seniornya yang menjadi langganan juara All England, Rudy Hartono.
Baca juga: Rudy Hartono dan Rekor Delapan Gelar All England...
Meski tumbang, nama King pun diperhitungkan dalam ternamen tertua di dunia itu. Bahkan, setelah itu King mampu mencatatkan rekor sebagai pemain yang sering masuk final sejak 1976 sampai 1981.
Tahun 1978 adalah momen terindah bagi Liem Swie King. Untuk pertama kalinya ia berhasil menjadi juara All England setelah mengandaskan perlawanan Rudy Hartono dua set langsung, 15-10 dan 15-2.
Kemenangan tersebut menjadikan King sebagai orang Indonesia ketiga yang menjadi juara tunggal putra All England setelah Tan Joe Hok dan Rudy Hartono.
Publik bulu tangkis sebenarnya tidak menyangka King yang masih muda bisa mengalahkan Rudy Hartono dengan mudah. Bahkan, King pun mengatakan tak percaya bisa mengalahkan Rudy Hartono dan merasa kemenangan itu pemberian.
Namun setelah kemenangan itu, King berhasil membuktikan dengan meraih dua gelar pada 1979 dan 1981. Sehingga ia berhasil mengoleksi tiga gelar All England.
Baca juga: Tradisi Emas Bulu Tangkis di Olimpiade dan Kenangan Pahit London
Smes milik King sering disebut sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah bulu tangkis, bahkan diakui sebagai pukulan yang paling agresif.
Dalam melakukan aksinya, King akan melakukan lompatan vertikal lalu memukul shuttlecock dengan smash-nya yang penuh tenaga.
Smes andalan King itu akan membuat shuttlecock meluncur dan menukik tajam sehingga menyulitkan lawan. Saking dashyatnya, Inggris dikabarkan pernah mempelajari teknik pukulan King.
Dalam Harian Kompas 19 April 1979 disebutkan bahwa Lembaga Kesehatan Olahraga Inggris tengah mengembangkan penyelidikan tentang keistimewaan para pemain bulu tangkis Indonesia.
Salah satu yang menjadi fokus mereka adalah smes Liem Swie King. Smes yang dilontarkan dengan hampir memutar tubuh ke belakang ala King diketahui membutuhkan keistimewaan otot perut.