Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Dokumen Pfizer Mencantumkan 1.291 Efek Vaksin

Kompas.com - 27/06/2022, 18:53 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar narasi yang menyebutkan bahwa Pfizer merilis dokumen berisi 1.291 penyakit akibat efek samping vaksin Covid-19.

Disebutkan, berbagai macam penyakit dan kondisi medis setelah vaksinasi.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu menyesatkan.

Narasi yang beredar

Informasi mengenai dokumen Pfizer berisi 1.291 efek samping vaksin Covid-19 disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini.

Berikut narasi lengkapnya:

Dokumen Pfizer yang dirilis sebagai akibat dari gugatan keterbukaan informasi publik di AS mencantumkan 1.291 efek samping yang berbeda setelah vaksinasi.

Daftar tersebut termasuk cedera ginjal akut, myelitis flaccid akut, antibodi anti-sperma positif, emboli batang otak, trombosis batang otak, henti jantung, gagal jantung, trombosis ventrikel jantung, syok kardiogenik, vaskulitis sistem saraf pusat, kematian neonatal, trombosis vena dalam, ensefalitis batang otak, ensefalitis hemoragik, epilepsi lobus frontal, mulut berbusa,

psikosis epilepsi, kelumpuhan wajah, sindrom gawat janin, amiloidosis gastrointestinal, kejang tonik-klonik umum, ensefalopati Hashimoto, trombosis vaskular hati, reaktivasi herpes zoster, hepatitis yang dimediasi imun, penyakit paru interstitial, emboli vena jugularis, epilepsi mioklonik remaja, cedera hati, berat badan lahir rendah,

sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak, miokarditis, kejang neonatal, pankreatitis, pneumonia, lahir mati, takikardia, epilepsi lobus temporal, autoimun testis, infark serebral trombotik, Jenis 1 diabetes mellitus, trombosis vena neonatal, dan trombosis arteri vertebralis di antara 1.246 kondisi medis lain setelah vaksinasi. (APPENDIX 1, Halaman 30)

Narasi mirip juga diunggah oleh akun Facebook ini, 16 Maret 2022, dengan menambahkan narasi bahwa dari 46.000 orang yang diuji vaksin Pfizer, 42.000 di antaranya memiliki respons yang luar biasa dan 1200 orang meninggal.

Tangkapan layar unggahan dengan narasi menyesatkan di sebuah akun Facebook, 14 Maret 2022, mengenai dokumen efek samping vaksin Pfizer.akun Facebook Tangkapan layar unggahan dengan narasi menyesatkan di sebuah akun Facebook, 14 Maret 2022, mengenai dokumen efek samping vaksin Pfizer.
Penelusuran Kompas.com

Pada dokumen yang dicantumkan, tertera tulisan: 5.3.6 Cumulative analysis of post-authorization adverse event reports of pf-07302048 (bnt162b2) received through 28-feb-2021.

Dilansir dari Reuters, 29 Januari 2022, dokumen serupa kerap dikaitkan sebagai bukti bahaya vaksin Covid-19 terhadap ibu hamil.

Memang benar bahwa dokumen tersebut dilaporkan oleh Pfizer-BioNTech, sebagai bagian dari Aplikasi Lisensi Biologis (BLA) ke Badan Obat-obatan Federal Amerika Serikat (FDA).

BLA merupakan permintaan izin, untuk mendistribusikan produk biologis di AS.

Dokumen ini melihat laporan efek samping vaksin yang dilaporkan dari 1 Desember 2020 hingga 28 Februari 2021 dari 63 negara. Sebagian besar laporan berasal dari AS dan Inggris.

Penting untuk diketahui bahwa dokumen tersebut tidak mendata jumlah orang yang menerima suntikan selama periode tersebut, sehingga tidak mungkin untuk menghitung jumlah atau persentase penyakit akibat efek samping vaksin.

Data dikumpulkan dari sistem pengawasan seperti Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) pemerintah AS dan skema kartu kuning Inggris.

VAERS merupakan sistem pelaporan kejadian ikutan pasca imunisasi di AS yang sudah ada sejak 1990. Sehingga data yang dicantumkan tidak hanya untuk vaksin Covid-19.

Dokumen tersebut menyatakan: kasus yang diterbitkan dalam literatur medis, kasus dari program pemasaran yang disponsori Pfizer, studi non-intervensi, dan kasus Adverse Event serius yang dilaporkan dari studi klinis terlepas dari penilaian kausalitas.

Viki Male, dosen imunologi reproduksi di Imperial College London mengatakan laporan efek samping yang disorot dalam dokumen itu bukan berarti benar-benar akibat vaksin.

“Tidak selalu menyiratkan bahwa baik dokter atau pasien percaya peristiwa itu disebabkan oleh vaksinasi - hanya terjadi setelah vaksinasi," ucapnya.

Efek samping setelah vaksinasi lebih mungkin diakibatkan oleh penyakit yang mendasarinya atau beberapa faktor lain seperti riwayat medis masa lalu atau sedang menjalani pengobatan tertentu.

Terlepas dari itu, Pfizer melaporkan di akhir uji klinisnya pada November 2020 bahwa vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan terbukti 95 persen efektif 28 hari setelah dosis pertama.

Vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech juga telah melalui serangkaian uji klinis, hingga mendapat izin dari FDA, CDC, dan badan obat di berbagai negara.

Kesimpulan

Narasi mengenai dokumen Pfizer berisi 1.291 efek samping vaksin Covid-19, merupakan narasi yang menyesatkan.

Meski benar dokumen tersebut dilaporkan oleh Pfizer-BioNTech, itu tidak secara spesifik mendata jumlah orang yang telah mendapat suntikan vaksin.

Dokumen itu hanya mencatat berbagai kondisi setelah vaksinasi yang dikumpulkan dari sistem pengawasan seperti Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) pemerintah AS dan skema kartu kuning Inggris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

Hoaks atau Fakta
Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut 'Symphony No. 9'

Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut "Symphony No. 9"

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com