KOMPAS.com - Beredar narasi yang menyebutkan bahwa Pfizer merilis dokumen berisi 1.291 penyakit akibat efek samping vaksin Covid-19.
Disebutkan, berbagai macam penyakit dan kondisi medis setelah vaksinasi.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu menyesatkan.
Narasi yang beredar
Informasi mengenai dokumen Pfizer berisi 1.291 efek samping vaksin Covid-19 disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini.
Berikut narasi lengkapnya:
Dokumen Pfizer yang dirilis sebagai akibat dari gugatan keterbukaan informasi publik di AS mencantumkan 1.291 efek samping yang berbeda setelah vaksinasi.
Daftar tersebut termasuk cedera ginjal akut, myelitis flaccid akut, antibodi anti-sperma positif, emboli batang otak, trombosis batang otak, henti jantung, gagal jantung, trombosis ventrikel jantung, syok kardiogenik, vaskulitis sistem saraf pusat, kematian neonatal, trombosis vena dalam, ensefalitis batang otak, ensefalitis hemoragik, epilepsi lobus frontal, mulut berbusa,
psikosis epilepsi, kelumpuhan wajah, sindrom gawat janin, amiloidosis gastrointestinal, kejang tonik-klonik umum, ensefalopati Hashimoto, trombosis vaskular hati, reaktivasi herpes zoster, hepatitis yang dimediasi imun, penyakit paru interstitial, emboli vena jugularis, epilepsi mioklonik remaja, cedera hati, berat badan lahir rendah,
sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak, miokarditis, kejang neonatal, pankreatitis, pneumonia, lahir mati, takikardia, epilepsi lobus temporal, autoimun testis, infark serebral trombotik, Jenis 1 diabetes mellitus, trombosis vena neonatal, dan trombosis arteri vertebralis di antara 1.246 kondisi medis lain setelah vaksinasi. (APPENDIX 1, Halaman 30)
Narasi mirip juga diunggah oleh akun Facebook ini, 16 Maret 2022, dengan menambahkan narasi bahwa dari 46.000 orang yang diuji vaksin Pfizer, 42.000 di antaranya memiliki respons yang luar biasa dan 1200 orang meninggal.
Dilansir dari Reuters, 29 Januari 2022, dokumen serupa kerap dikaitkan sebagai bukti bahaya vaksin Covid-19 terhadap ibu hamil.
Memang benar bahwa dokumen tersebut dilaporkan oleh Pfizer-BioNTech, sebagai bagian dari Aplikasi Lisensi Biologis (BLA) ke Badan Obat-obatan Federal Amerika Serikat (FDA).
BLA merupakan permintaan izin, untuk mendistribusikan produk biologis di AS.
Dokumen ini melihat laporan efek samping vaksin yang dilaporkan dari 1 Desember 2020 hingga 28 Februari 2021 dari 63 negara. Sebagian besar laporan berasal dari AS dan Inggris.
Penting untuk diketahui bahwa dokumen tersebut tidak mendata jumlah orang yang menerima suntikan selama periode tersebut, sehingga tidak mungkin untuk menghitung jumlah atau persentase penyakit akibat efek samping vaksin.
Data dikumpulkan dari sistem pengawasan seperti Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) pemerintah AS dan skema kartu kuning Inggris.
VAERS merupakan sistem pelaporan kejadian ikutan pasca imunisasi di AS yang sudah ada sejak 1990. Sehingga data yang dicantumkan tidak hanya untuk vaksin Covid-19.
Dokumen tersebut menyatakan: kasus yang diterbitkan dalam literatur medis, kasus dari program pemasaran yang disponsori Pfizer, studi non-intervensi, dan kasus Adverse Event serius yang dilaporkan dari studi klinis terlepas dari penilaian kausalitas.
Viki Male, dosen imunologi reproduksi di Imperial College London mengatakan laporan efek samping yang disorot dalam dokumen itu bukan berarti benar-benar akibat vaksin.
“Tidak selalu menyiratkan bahwa baik dokter atau pasien percaya peristiwa itu disebabkan oleh vaksinasi - hanya terjadi setelah vaksinasi," ucapnya.
Efek samping setelah vaksinasi lebih mungkin diakibatkan oleh penyakit yang mendasarinya atau beberapa faktor lain seperti riwayat medis masa lalu atau sedang menjalani pengobatan tertentu.
Terlepas dari itu, Pfizer melaporkan di akhir uji klinisnya pada November 2020 bahwa vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan terbukti 95 persen efektif 28 hari setelah dosis pertama.
Vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech juga telah melalui serangkaian uji klinis, hingga mendapat izin dari FDA, CDC, dan badan obat di berbagai negara.
Kesimpulan
Narasi mengenai dokumen Pfizer berisi 1.291 efek samping vaksin Covid-19, merupakan narasi yang menyesatkan.
Meski benar dokumen tersebut dilaporkan oleh Pfizer-BioNTech, itu tidak secara spesifik mendata jumlah orang yang telah mendapat suntikan vaksin.
Dokumen itu hanya mencatat berbagai kondisi setelah vaksinasi yang dikumpulkan dari sistem pengawasan seperti Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) pemerintah AS dan skema kartu kuning Inggris.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/06/27/185300682/-hoaks-dokumen-pfizer-mencantumkan-1.291-efek-vaksin