KOMPAS.com - Beredar narasi di media sosial yang mengaitkan wabah pneumonia di China dengan dokumen panduan vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer. Klaim ini tidak benar atau hoaks.
Informasi keliru soal wabah pneumonia di China dan Pfizer ditemukan di akun X atau Twitter ini pada Kamis (30/12/2023).
Berikut narasi yang beredar, dalam terjemahan bahasa Indonesia:
Pneumonia yang banyak beredar di China disebut
Myco Plasma Pneumonia dan tercantum dalam Dokumen Pfizer sebagai REAKSI SAMPING!!!
MEREKA TIDAK BISA MENYEMBUNYIKAN LAGI
MEREKA MENCIPTAKAN PANDEMI DENGAN BIOWEAPON
Akun tersebut menyertakan tangkapan layar sebuah dokumen dan terdapat lingkaran kuning yang menandai frasa pneumonia mycoplasma.
Sebagai informasi, pneumonia mycoplasma merupakan bakteri yang menyebabkan infeksi ringan pada sistem pernapasan.
Sumber dokumen
Tangkapan layar dokumen yang disebarkan oleh pengguna Twitter bersumber dari laporan Analisis Kumulatif Laporan Kejadian Merugikan Pasca-otorisasi.
Laporan tersebut berisi pengaturan uji klinis, efek samping yang jarang atau kemungkinan terjadi setelah penyuntikan vaksin Covid-19.
Dalam sistem pengembangan obat-obatan ada yang disebut dengan pharmacovigilance atau farmakovigilans.
Farmakovigilans merupakan tindakan pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya dari penggunaan suatu obat.
Keberadaan laporan Pfizer merupakan salah satu bagian dari farmakovigilans. Pneumonia mycoplasma terdapat pada halaman ke-36 dalam laporan tersebut.
Tak ada pneumonia mycoplasma dalam vaksin
Meski masuk dalam daftar laporan Pfizer, bukan berarti pneumonia mycoplasma ditemukan dalam pemberian vaksin Covid-19 dari Pfizer.
Daftar nama bakteri itu ada karena tenaga kesehatan harus mencatatkan kejadian dan tindakan yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu ditemukan kasus pneumonia mycoplasma, yang berkaitan dengan vaksin Covid-19.
Dikutip dari Lead Stories, para ahli telah mengantisipasi masalah medis yang tidak terduga, termasuk gejala dan penyakit yang mungkin terjadi selama pengobatan.
Sejauh ini, kejadian tidak bisa atau jarang terjadi setelah penyuntikan vaksin Covid-19 produksi Pfizer, yakni anafilaksis atau miokarditis.
Secara medis, reaksi yang merugikan (adverse reaction) dan efek samping merupakan dua hal yang berbeda.
Efek samping mengacu pada reaksi merugikan yang terjadi setelah pemberian vaksin, contohnya deman, sakit kepala, atau nyeri di tempat bekas suntikan.
Namun, reaksi yang merugikan didefinisikan sebagai efek yang tidak diinginkan dan dapat terjadi ketika seseorang diberi vaksin, berapa pun dosisnya.
Bantahan Pfizer
Peningkatan kasus pneumonia di China dilaporkan lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan, penyebab wabah pneumonia di China disebabkan oleh patogen saluran pernapasan seperti bakteri Mycoplasma pneumonia, virus influenza, dan infeksi respiratory syncytial virus (RSV) serta adenovirus.
Pfizer membantah bahwa vaksin yang mereka produksi mengakibatkan wabah pneumonia di China.
"Tidak ada bukti yang mendukung klaim ini," ujar Pfizer, dilansir Lead Stories.
Vaksin Covid-19 produksi Pfizer telah mendapat izin edar dan terbukti aman.
"Sejak persetujuan awal oleh FDA pada Desember 2020, vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech telah diberikan kepada lebih dari 1,5 miliar orang, menunjukkan profil keamanan yang baik pada semua kelompok umur, dan membantu melindungi terhadap dampak buruk Covid-19, termasuk rawat inap dan kematian," lanjut Pfizer.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/12/06/120600582/narasi-keliru-soal-dokumen-pfizer-dan-penyebab-pneumonia-di-china