Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] Nyamuk Wolbachia Jadi Senjata Pembunuh Manusia

KOMPAS.com - Beredar video konferensi pers yang menyerukan penghentian strategi pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk berteknologi wolbachia.

Nyamuk yang diinfeksi bakteri wolbachia diklaim akan dipakai sebagai senjata untuk membunuh manusia.

Selain itu, teknologi wolbachia dikaitkan dengan digitalisasi dan pemasangan cip. Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim itu tidak benar atau hoaks.

Narasi yang beredar

Klaim soal nyamuk dengan teknologi wolbachia akan menjadi senjata pembunuh manusia disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

Pengunggah menyertakan potongan video Komjen Pol Dharma Pongrekun. Ia mengaitkan nyamuk wolbachia dengan narasi soal senjata pembunuh manusia, digitalisasi, dan pemasangan cip.

Klaim itu disampaikan dalam konferensi pers bertajuk "Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia", di Jakarta, Minggu (12/11/2023).

"Kebenaran harus disampaikan. Ayo dukung beliau demi keselamatan bersama," tulis salah satu akun, pada Selasa (14/11/2023).

Berikut teks yang tertera pada video:

STOP PENYEBARAN NYAMUK YG DILAKUKAN OLEH KEMENKES.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerapkan teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran DBD.

Kemenkes membantah klaim yang mengaitkan nyamuk wolbachia dengan narasi soal senjata pembunuh manusia, digitalisasi, dan pemasangan cip.

"Tidak ada chip," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/11/2023).

Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke tubuh manusia.

Jika Aedes aegypti jantan yang telah diinfeksi wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir.

Menurut Nadia, bakteri wolbachia tidak menimbulkan penyakit pada manusia.

"Ini ada bakteri wolbachia, bakteri yang memang ada di alam dan tidak menyebabkan penyakit. Bakteri penghancur buah-buahan," terang Nadia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, juga menyatakan bahwa teknologi wolbachia aman.

"Wolbachia itu aman karena dia merupakan bakteri yang alami," kata Imran saat Peringatan ASEAN Dengue Day 2023, yang disiarkan di YouTube Kemenkes, 12 Juni 2023.

Strategi pengendalian DBD di Indonesia dengan teknologi wolbachia juga terbukti ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Penelitian soal nyamuk dengan teknologi wolbachia salah satunya dilakukan University Hospital Bonn pada 2014. Penelitian itu dapat dibaca di sini.

Sementara di Indonesia, kajian soal nyamuk dengan teknologi wolbachia telah dilakukan sejak 2011. Beberapa kajian tersebut dapat dibaca di sini, di sini, di sini, di sini, dan di sini.

Penelitian awal teknologi wolbachia di Indonesia dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dengan dukungan yayasan filantropi Tahija.

Dikutip dari situs Kemenkes, uji coba penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mampu menekan kasus demam berdarah sampai 77 persen.

Dikutip dari Kompas.id, dalam uji coba di Indonesia dan Kolombia, nyamuk yang diinfeksi bakteri wolbachia terbukti efektif mencegah penularan penyakit.

Percobaan di Kolombia menunjukkan penurunan kejadian demam berdarah sebesar 94-97 persen dengan pendekatan rangkaian waktu terputus.

Kesimpulan

Klaim bahwa nyamuk dengan teknologi wolbachia akan menjadi senjata pembunuh manusia merupakan hoaks.

Kemenkes menegaskan, wolbachia merupakan bakteri yang alami dan tidak menyebabkan penyakit pada manusia.

Selain itu, Kemenkes juga membantah klaim bahwa teknologi wolbachia ada hubungannya dengan digitalisasi dan pemasangan cip.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/11/16/143000782/-hoaks-nyamuk-wolbachia-jadi-senjata-pembunuh-manusia

Terkini Lainnya

[HOAKS] Wali Kota Boston Michelle Wu Keturunan Indonesia

[HOAKS] Wali Kota Boston Michelle Wu Keturunan Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Terawan Promosikan Obat Hipertensi

[HOAKS] Video Terawan Promosikan Obat Hipertensi

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Artis Meninggal dan Gibran Batal Dilantik

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Artis Meninggal dan Gibran Batal Dilantik

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Ada Hujan Ikan di Iran, Peristiwa Lele Berserakan Terjadi di China

INFOGRAFIK: Tidak Ada Hujan Ikan di Iran, Peristiwa Lele Berserakan Terjadi di China

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks KFC Beri Voucher 3 Ember Ayam Goreng Gratis, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks KFC Beri Voucher 3 Ember Ayam Goreng Gratis, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Menilik Misi Dokter Lintas Batas di Daerah Bencana sampai Zona Perang

Menilik Misi Dokter Lintas Batas di Daerah Bencana sampai Zona Perang

Data dan Fakta
[HOAKS] Foto Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri

[HOAKS] Foto Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri

Hoaks atau Fakta
Hoaks soal 5 Pendiri NASA, dari Walt Disney sampai Aleister Crowley

Hoaks soal 5 Pendiri NASA, dari Walt Disney sampai Aleister Crowley

Hoaks atau Fakta
Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Data dan Fakta
[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

Hoaks atau Fakta
Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Data dan Fakta
Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke