Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

AJI: Kekerasan Digital terhadap Jurnalis Meningkat Tajam

KOMPAS.com - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mencatat, kasus kekerasan digital terhadap jurnalis meningkat tajam sepanjang 2022. 

Sedikitnya ada 15 serangan dan gangguan yang dilaporkan kepada AJI Indonesia. Kasus tersebut dialami oleh 43 awak redaksi dari sembilan organisasi media.

Koordinator Bidang Internet AJI Indonesia, Adib Asfar memaparkan, angka itu meningkat tajam dari tahun sebelumnya.

"Ada peningkatan yang sangat tajam. Pada 2020 ada 7 kasus, pada 2021 ada 5 kasus, sementara pada 2022 ada 15 kasus," ungkap Adib, dalam peluncuran Laporan Situasi Keamanan Jurnalis Indonesia 2022, Senin (16/1/2023).

Serangan DDoS

Sejumlah situs media mengalami serangan Distributed Denial of Service (DDoS) atau penolakan layanan secara terdistribusi.

Serangan yang terjadi yakni dalam bentuk kepadatan server, sistem, atau jaringan membuat sebuah situs sulit, bahkan tidak dapat dikunjungi.

Serangan DDoS berakibat pada terhambatnya akses publik kepada informasi dan kebebasan berekspresi, sehingga melanggar Pasal 19 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR).

Berdasarkan catatan AJI Indonesia, setidaknya terjadi enam kasus serangan DDoS terhadap media selama 2020 hingga Oktober 2022.

Serangan ini dialami oleh media, seperti Narasi, Konde.co, Batamnews, dan Tempo.

Situs media tersebut dibanjiri permintaan data dan kunjungan sangat banyak, melebihi kapasitas server. Hal ini menyebabkan situs tidak dapat diakses.

AJI Indonesia melihat ada pola khas dari serangan DDoS selama ini. Pola itu adalah kesamaan alamat internet protokol (IP address).

"Ada tipe serangan yang sangat khas, ada IP yang identik dalam serangan digital ini," ujar Adib.

Peretasan terhadap awak media

Kekerasan digital berupa peretasan terhadap awak media, dilakukan dengan membobol akun media sosial hingga aplikasi perpesanan.

Salah satu kasus serangan digital terbesar yang tercatat sepanjang 2022 adalah peretasan terhadap awak media Narasi.

Tidak hanya reporter, peretasan juga dialami oleh pemimpin redaksi, manajer, bagian keuangan, hingga produser. Selama 24-29 September 2022, sebanyak 37 awak redaksi Narasi mengalami peretasan.

"Ini kasus peretasan terbesar sepanjang catatan AJI," pungkas Adib.

Peretasan dilakukan melalui berbagai platform media sosial, seperti akun Facebook, Instagram, Telegram, hingga WhatsApp.

Ada lima kasus peretasan lainnya yang dilaporkan, yakni yang dialami oleh jurnalis CNN Indonesia, Jaring.id, akun YouTube Suara Kita, akun Facebook Nuusdo, hingga Ketua AJI Indonesia.

AJI Indonesia menilai, peretasan mudah terjadi salah satunya karena rendahnya kesadaran akan keamanan digital.

Sejumlah korban diketahui belum menerapkan autentifikasi dua langkah, menggunakan kata sandi yang mudah dideteksi, hingga menggunakan satu email untuk semua media sosial.

Langkah yang direkomendasikan

Melihat banyaknya serangan peretasan, AJI Indonesia merekomendasikan adanya peningkatan kapasitas keamanan digital bagi awak media.

"Keamanan holisitk ini bukan hanya secara fisik, tetapi dalam rangka mencegah, mengurangi risiko, dan respons ketika mengalami serangan digital," papar Adib.

Sementara itu, terkait tren serangan DDoS, AJI Indonesia memandang perlu adanya peningkatan keamanan situs media.

Selain mempelajari pola serangan DDoS, peningkatan keamanan juga dapat dilakukan dengan mengetahui jenis serangan, tanda-tanda munculnya, hingga memetakan motivasi pelaku.

Peningkatan keamanan situs bukanlah hal yang mudah dilakukan, terutama bagi media berskala kecil.

Oleh karena itu, program keberlanjutan untuk mendukung kemananan digital situs media perlu dilakukan.

Gambaran umum kekerasan terhadap jurnalis

Berdasarkan catatan AJI Indonesia, kasus serangan pada 2022 mencapai 61 kasus dengan 97 korban dari jurnalis dan pekerja media dari 14 organisasi media.

Jumlah kasus ini meningkat dari 2021 yang mencapai 43 kasus.

Selain 15 serangan digital, terjadi pula kekerasan fisik dan perusakan alat kerja sebanyak 20 kasus, kekerasan verbal sebanyak 10 kasus, kekerasan berbasis gender sebanyak 3 kasus, penangkapan dan pelaporan pidana sebanyak 5 kasus, serta penyensoran sebanyak 8 kasus.

Sebanyak 24 kasus melibatkan aktor negara yang terdiri atas polisi dengan 15 kasus, aparat pemerintah dengan 7 kasus,dan TNI sebanyak 2 kasus.

Sementara itu, terdapat 20 kasus yang dilakukan oleh aktor non-negara, seperti ormas sebanyak 4 kasus, partai politik sebanyak 1 kasus, perusahaan sebanyak 6 kasus, dan warga sebanyak 9 kasus. Sisanya, 17 kasus belum teridentifikasi pelakunya.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/01/16/173100382/aji--kekerasan-digital-terhadap-jurnalis-meningkat-tajam

Terkini Lainnya

[HOAKS] Video Terawan Promosikan Obat Hipertensi

[HOAKS] Video Terawan Promosikan Obat Hipertensi

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Artis Meninggal dan Gibran Batal Dilantik

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Artis Meninggal dan Gibran Batal Dilantik

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Ada Hujan Ikan di Iran, Peristiwa Lele Berserakan Terjadi di China

INFOGRAFIK: Tidak Ada Hujan Ikan di Iran, Peristiwa Lele Berserakan Terjadi di China

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks KFC Beri Voucher 3 Ember Ayam Goreng Gratis, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks KFC Beri Voucher 3 Ember Ayam Goreng Gratis, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Menilik Misi Dokter Lintas Batas di Daerah Bencana sampai Zona Perang

Menilik Misi Dokter Lintas Batas di Daerah Bencana sampai Zona Perang

Data dan Fakta
[HOAKS] Foto Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri

[HOAKS] Foto Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri

Hoaks atau Fakta
Hoaks soal 5 Pendiri NASA, dari Walt Disney sampai Aleister Crowley

Hoaks soal 5 Pendiri NASA, dari Walt Disney sampai Aleister Crowley

Hoaks atau Fakta
Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Data dan Fakta
[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

Hoaks atau Fakta
Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Data dan Fakta
Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke