Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hoaks Seputar Tragedi Kanjuruhan, Kesaksian Penjual Dawet hingga Sanksi FIFA

KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan masih menjadi topik yang banyak diperbincangkan di media sosial. Beragam pemberitaan tentang peristiwa kelam itu pun tak luput diakses oleh para pengguna media sosial.

Di tengah banyaknya informasi tentang tragedi tersebut masih ditemukanya adanya informasi keliru yang menyesatkan masyarakat.

Sikap Polri yang dianggap defensif dan tidak terbuka saat awal kasus ini diduga menjadi salah satu penyebab beragam informasi liar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto mengatakan, munculnya berbagai hoaks dan narasi keliru tidak terlepas dari akuntabilitas dan lambatnya penanganan polisi.

"Itu karena kelemahan kerja dari kepolisian. Hoaks itu kan pasti ada, apakah Polri menunggu hoaks-hoaks itu terus? Atau jangan-jangan malah yang membuat hoaks Polri sendiri untuk mengaburkan fokus masyarakat, jangan-jangan lho ya,” ujar Bambang kepada Kompas.com, Rabu (5/10/2022).

Bambang menilai, pernyataan awal kepolisian dalam merespons Tragedi Kanjuruhan cenderung defensif dan terkesan prematur. Contohnya tindakan polisi menembakkan gas air mata ke arah tribune sebagai upaya mencegah kerusuhan.

Lantas, informasi hoaks apa saja yang muncul di media sosial terkait Tragedi Kanjuruhan?

Berikut rangkumannya :

1. Hoaks kesaksian penjual dawet

Sebuah video yang menampilkan rekaman seorang perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet di Stadion Kanjuruhan beredar di media sosial.

Dalam rekaman itu, perempuan itu membuat kesaksian mengenai tragedi berdarah yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia pada Sabtu (1/10/2022).

Dia mengatakan, penyebab kematian ratusan orang dalam Tragedi Kanjuruhan adalah ulah Aremania yang saling berdesak-desakan dan bahkan melakukan kekerasan saat mencoba keluar dari stadion.

Namun setelah ditelusuri ternyata tidak ada penjual dawet di sekitar pintu 3 Stadion Kanjuruhan. Achmad Ghozali, salah satu Aremania juga mengatakan tidak ada toko penjual dawet di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan.

Ghozali juga membantah narasi yang dikatakan oleh perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet tersebut. Selengkapnya baca di sini.

2. Pemukulan di tribune jadi penyebab

Sebuah unggahan video aksi pemukulan dengan berlatar belakang tribune sebuah lapangan sepak bola beredar di media sosial.

Dalam narasinya disebutkan bahwa seorang petugas berseragam memukul suporter, sehingga memicu kemarahan suporter lain di Stadion Kanjuruhan, Malang dan membuat terjadinya Tragedi Kanjuruhan.

Namun ternyata narasi tersebut keliru, setelah ditelusuri beberapa foto dan klip dalam video tidak terkait dengan Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu, namun menampilkan kericuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang pada 2018.

Kericuhan pada 2018 terjadi ketika laga antara Arema FC melawan Persib Bandung. Selengkapnya baca di sini

3. Suporter meninggal usai ditendang anggota TNI

Video anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menendang seorang suporter Arema FC beredar di media sosial. Setelah video itu viral, muncul narasi yang menyebutkan bahwa suporter yang ditendang itu meninggal dunia.

Namun ternyata narasi tersebut tidak benar. Dalam video yang beredar suporter Arema FC yang ditendang TNI memakai baju hitam lengan pendek.

Sementara foto jenazah suporter meninggal yang diunggah memakai kaus hitam lengan panjang.

Selain itu rekan suporter Arema FC yang ditendang mengonformasi bahwa temannya itu masih hidup. Selangkapnya baca di sini.

4. FIFA bekukan PSSI

Usai terjadinya Tragedi Kanjuruhan, di media sosial muncul narasi yang mengeklaim bahwa FIFA telah memberikan sanksi kepada PSSI. Sanksi tersebut yakni dengan membekukan PSSI selama 8 tahun.

Namun setelah dilakukan penelusuran narasi tersebut tidak benar. Di laman resminya FIFA hanya menyampaikan belasungkawa, tetapi tidak ada pernyataan mengenai sanksi yang akan dijatuhkan.

Sampai saat ini pun tidak ditemukan informasi bahwa FIFA telah menjatuhkan sanksi kepada PSSI. Selengkapnya baca di sini

5. FIFA cabut status Indonesia tuan rumah Piala Dunia U20

Setelah terjadinya Tragedi Kanjuruhan, muncul unggahan di media sosial yang menyebutkan bahwa FIFA memberikan sanksi dengan mencabut Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023.

Namun setelah ditelusuri, narasi tersebut ada yang perlu diluruskan. Sampai saat ini FIFA belum memberikan sanksi kepada Indonesia maupun mencabut keputusan soal penyelenggaraan Piala Dunia U20 2023.

Di laman resminya FIFA hanya mengucapkan belasungkawa atas terjadinya Tragedi Kanjuruhan yang memakan ratuan korban tewas.

Sementara itu, pengamat sepak bola Tommy Welly, atau akrab disapa Bung Towel, berpendapat, tragedi Kanjuruhan berpotensi mengancam status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 pada 2023. Selengkapnya baca di sini.

6. Video aksi pemain Ligue 1

Video yang memperlihatkan pemain klub Ligue 1, Toulouse dan Montpellier, menutup hidung dan mata mereka dengan jersei beredar di Facebook.

Akun Facebook yang mengunggah video menyebutkan bahwa video itu merupakan aksi teatrikal untuk mengkritik kepolisian yang menggunakan gas air mata dalam Tragedi Kanjuruhan.

Namun setelah ditelusuri narasi tersebut keliru dan salah konteks. Para pemain Toulouse dan Montpellier menutup hidung dan mata mereka dengan jersei karena ada suporter yang melepaskan gas air mata ke lapangan, bukan aksi teatrikal atas tragedi di Kanjuruhan.

Selengkapnya baca di sini.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/10/11/115500582/hoaks-seputar-tragedi-kanjuruhan-kesaksian-penjual-dawet-hingga-sanksi

Terkini Lainnya

Jenis Air Kemasan di AS Tidak Ditentukan dari Warna Tutup Botol

Jenis Air Kemasan di AS Tidak Ditentukan dari Warna Tutup Botol

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Saat Indonesia Raih Piala Uber Pertama pada 1975

Kilas Balik Saat Indonesia Raih Piala Uber Pertama pada 1975

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Ronaldo Berikan Bola ke Penggemar Al Nassr, Bukan Anak Palestina

[KLARIFIKASI] Ronaldo Berikan Bola ke Penggemar Al Nassr, Bukan Anak Palestina

Hoaks atau Fakta
Manipulasi Foto Donald Trump Ditangkap Polisi

Manipulasi Foto Donald Trump Ditangkap Polisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bank Dunia Tuntut Diakhirinya Pertanian pada 2030

[HOAKS] Bank Dunia Tuntut Diakhirinya Pertanian pada 2030

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Bayi 5 Bulan di Sumbar Terkena Tumor, Bukan Hamil

[KLARIFIKASI] Bayi 5 Bulan di Sumbar Terkena Tumor, Bukan Hamil

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Demo Terkait Kasus Pegi Setiawan di Cirebon pada 2 Juni 2024

[HOAKS] Video Demo Terkait Kasus Pegi Setiawan di Cirebon pada 2 Juni 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Pemulihan Listrik di Lampung Tidak sampai 8 Hari

[KLARIFIKASI] Pemulihan Listrik di Lampung Tidak sampai 8 Hari

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Pilot Helikopter Presiden Iran adalah Agen Mossad 'Eli Koptar'

[VIDEO] Beredar Hoaks Pilot Helikopter Presiden Iran adalah Agen Mossad "Eli Koptar"

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Ada Paket COD di Yogya dari Sindikat Narkoba China

INFOGRAFIK: Hoaks Ada Paket COD di Yogya dari Sindikat Narkoba China

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks 5 Tokoh sebagai Pendiri NASA, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks 5 Tokoh sebagai Pendiri NASA, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Atta Halilintar dan Raffi Ahmad Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Atta Halilintar dan Raffi Ahmad Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
OpenAI Ungkap Firma Israel Gunakan AI untuk Sebar Disinformasi

OpenAI Ungkap Firma Israel Gunakan AI untuk Sebar Disinformasi

Data dan Fakta
[HOAKS] Restoran Burger Cepat Saji Akan Tutup Permanen

[HOAKS] Restoran Burger Cepat Saji Akan Tutup Permanen

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Pengibaran Bendera Palestina di PBB pada 2015, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Pengibaran Bendera Palestina di PBB pada 2015, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke