Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perkara Asli dan Palsu Dua Lukisan Raden Saleh yang Hampir Sama dan Tuai Polemik...

KOMPAS.com - Kemunculan film Mencuri Raden Saleh yang tayang sejak Kamis (25/8/2022) lalu membuat nama pelukis terkenal Indonesia itu kembali menjadi perhatian.

Film ini menceritakan bagaimana sekelompok pemuda berusaha mencuri lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman berjudul "Penangkapan Pangeran Diponegoro".

Dalam film itu, mereka mencuri lukisan yang berada di Istana Negara dan menggantinya dengan lukisan palsu.

Terlepas dari film tersebut, di dunia nyata, pernah ada kasus dua lukisan identik karya Raden Saleh yang diperdebatkan. Kolektor beradu argumen manakah lukisan yang asli dan yang duplikat karya maestro itu.

Simak kisah dua karya Raden Saleh yang sempat menjadi kontroversi di dunia seni rupa ini.

Awal kemunculan dua lukisan yang sama

Pada April 2005, balai lelang Christie's di Singapura menampilkan karya Raden Saleh berjudul "A family promenades along a path with two tigers in wait and the Borobudur in the background pada preview".

Setelah dipamerkan, karya tersebut rencananya akan dilelang di Hongkong pada 29 Mei 2005. Namun, rencana itu menemui kendala lantaran ditemukan lukisan serupa.

Dilansir dari Harian Kompas, 5 Juni 2005, karya itu membuat kaget para pecinta seni yang hadir di pameran.

Pasalnya, lukisan itu mirip sekali dengan karya Raden Saleh berjudul "Lying in Wait" yang sebelumnya sempat dilelang oleh balai lelang Sotheby's di Singapura pada 1999.

Persamaan dan perbedaan lukisan

Kedua lukisan itu menggambarkan seorang perempuan berkerudung putih sedang menggendong anaknya di atas seekor kuda putih. Di sampingnya, terdapat seorang laki-laki mengenakan sorban putih yang menuntun kuda.

Terdapat seekor anjing hitam yang berjaga dan dua harimau yang mengintai di balik semak-semak.

Pada latar belakang, tampak siluet Candi Borobudur, gunung, dan matahari yang sedikit tertutup awan.

Walapun terlihat identik, tetapi ada perbedaan dari kedua lukisan yang ditampilkan di dua balai lelang.

Pertama, ukuran. Terdapat perbedaan tipis dari ukuran lukisan.

Lukisan "Lying in Wait" yang dulu dijual di Sotheby's berukuran 110 x 154,5 sentimeter.

Sementara, lukisan "A family promenades..." yang ditawarkan Christie's berukuran sedikit lebih besar, yakni 112 x 156 cm.


Kedua, terletak pada detail lukisan. Versi Sotheby's menampilkan latar belakang tepat di depan figur-figur utama berupa bongkahan batu-batu, sedangkan di lukisan versi Christie's sebuah sungai kecil melintasi bongkahan batu itu.

Adapun pada lukisan "Lying in Wait" sang pria itu tampak mengenakan kain sarung pendek, sementara pada lukisan A family promenades lebih nyata bahwa yang dikenakannya adalah celana yang panjangnya hampir selutut.

Peneliti Helene Feillard mengamati bahwa awan pada versi Christie's tidak sebanyak versi Sotheby's. Sementara dalam versi Sotheby's tidak tampak burung sama sekali.

Helene juga melihat, harimau dalam lukisan A family promenades sudah mengeluarkan cakarnya, sementara dalam lukisan "Lying in Wait" kuku harimau itu tidak tampak.

Arsip lukisan "Lying in Wait" yang dilelang Sotheby's dapat dilihat di sini.

Sementara, arsip lukisan "A family promenades..." yang dipamerkan Christie's dapat dilihat di sini.

Pendapat soal keabsahan

Dilansir dari Harian Kompas, 15 Mei 2005, seorang kolektor Putra Masagung, mempersoalkan lukisan Raden Saleh yang hendak dipamerkan Christie's karena lukisan itu identik dengan lukisan yang dia miliki.

Putra Mesagung mendapatkannya dari balai lelang Sotheby's pada 1999 dan mendapat pernyataan audentik dari Rappard.

Sementara, pihak Christie's, yang diwakili Keong Ruoh Ling dari Southeast Asian Pictures Department Christie's, menyatakan bahwa mereka juga telah mendapatkan surat autentik yang sama dari Rappard.

Memang benar bahwa pada katalog Christie's, tertera bahwa pakar sejarah seni rupa Belanda Drs WF Rappard, dari Institut Diraja Belanda untuk Dokumentasi Sejarah Seni telah mengautentikasi lukisan itu.

Rappad mengatakan, sudah melihat "Lying in Wait" sekitar akhir tahun 1980-an, pada saat lukisan itu masih berada dalam kepemilikan Dr WG Tan.

Namun dalam sebuah surat, Rappad juga mengakui bahwa lukisan "A family promenades..." juga merupakan karya asli Raden Saleh.

Tertera pula ulasan Marie-Odette Scalliet, kurator koleksi Asia Tenggara dan Oceania di Perpustakaan Universitas Leiden.

Dia tidak meragukan karya itu dan bahkan menekankan bahwa Raden Saleh beberapa kali melukis dua versi dari pemandangan atau bahkan peristiwa yang sama.

Menurut penelitian Scalliet, selain melukis dua versi dari pemandangan meletusnya Gunung Merapi, Raden Saleh juga pernah melukiskan "Berburu Rusa" untuk Raja Belanda dan versi yang lain atas karya itu untuk seorang bangsawan yang tidak disebutkan namanya.

Namun, perlu diperhatikan bahwa hingga kini belum ditemukan catatan dalam surat menyurat Raden Saleh yang secara spesifik mengacu pada kedua karya yang identik ini.

Scalliet berpendapat, setidaknya ada 19 lukisan Raden Saleh yang muncul dalam pameran Kolonial Internasional pada 1883 di Amsterdam, dan empat dipinjamkan oleh Pangeran Ernest II, penguasa kawasan Saxony-Coburg-Gotha, sahabat karib Raden Saleh.

Satu di antara empat lukisan itu, yang dideskripsikan sebagai "pemandangan oriental dengan dua harimau di latar depan", diperkirakan mengacu pada salah satu dari dua versi lukisan yang menjadi pusat kontroversi ini.

Beredar pula pendapat bahwa salah satu lukisan itu adalah karya de Cocq yang dikenal sebagai "murid" Raden Saleh.


Harga karya

Diskusi soal keabsahan dua karya Raden Salah ini jadi perdebatan di antara para kolektor lantaran harganya cukup mahal.

Pada awal tahun 2000-an, kolektor membayar 2,4 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 25,5 miliar (kurs Rp 10.627) untuk "Lying in Wait" yang telah dilelang lima tahun lebih awal.

Harga itu belum termasuk premiun dan sebagainya untuk merawat dan menyimpan lukisan.

Menarik lukisan dari pelelangan

Ketika laporan restorasi yang menjadi dasar keputusan autentikasi Rappard dapat diakses, baru diketahui bahwa laporan itu sebenarnya hanya membuktikan bahwa lukisan yang diteliti dianggap oleh ahli restorasinya sebagai karya Raden Saleh karena menggunakan bahan-bahan yang lazim digunakan pada abad ke-19.

Kendati laporan itu dilakukan secara sangat ilmiah, teliti dan lengkap, tidak ada yang secara definitif membuktikan hubungan karya itu dengan Raden Saleh.

Selain itu, masih belum jelas dari manakah dari dua versi lukisan itu yang sebenarnya berasal dari koleksi Pangeran Ernest II dari kawasan Saxony-Coburg-Gotha dan kemudian dipamerkan pada pameran Kolonial Internasional di Amsterdam pada 1883.

Dr. W. G. Tan, mantan pemilik "Lying in Wait", konon membeli lukisan tersebut dari seorang dealer terkenal di Belanda, tetapi tidak ada informasi lebih detail untuk membuktikan keaslian lukisan tersebut.

Akhirnya, sehari sebelum lelang, lukisan "A family promenades..." ditarik untuk sementara.

Belum ada yang memastikan mana yang asli dan mana yang bukan. Untuk membandingkan keduanya, perlu persetujuan dari pemilik lukisan tersebut untuk diteliti panel internasional.

Kurator Museum Universitas Pelita Harapan, Amir Sidharta berpendapat, yang terpenting bukanlah vonis tentang asli palsu sebuah karya.

"Terlalu sering dan terlalu gampang tokoh-tokoh yang merasa dirinya memahami permasalahan seni rupa di Indonesia berteriak palsu atau asli, tanpa memberikan alasan yang meyakinkan, yang berdasarkan analisa yang mendalam atas karya itu. Justru yang paling kita perlukan adalah pemahaman tentang mengapa sebuah karya dianggap palsu atau asli," kata Amir, dikutip dari Harian Kompas, 5 Juni 2005.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/08/30/182000082/perkara-asli-dan-palsu-dua-lukisan-raden-saleh-yang-hampir-sama-dan

Terkini Lainnya

Menilik Pelarangan TikTok di Sejumlah Negara, dari Asia sampai Eropa

Menilik Pelarangan TikTok di Sejumlah Negara, dari Asia sampai Eropa

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Benarkah Pinocchio Dibuat dari Kulit dan Rambut Budak?

INFOGRAFIK: Benarkah Pinocchio Dibuat dari Kulit dan Rambut Budak?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sandra Dewi dan Harvey Moeis Divonis Hukuman Mati

[HOAKS] Sandra Dewi dan Harvey Moeis Divonis Hukuman Mati

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Harimau Mati Tertabrak Kendaraan di Tol Pekanbaru-Dumai

[HOAKS] Harimau Mati Tertabrak Kendaraan di Tol Pekanbaru-Dumai

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade

[VIDEO] Beredar Hoaks Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Roosevelt Memburu Triceratops Terakhir

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Roosevelt Memburu Triceratops Terakhir

Hoaks atau Fakta
Kompilasi Konten Politik yang Dibuat dengan AI Generatif

Kompilasi Konten Politik yang Dibuat dengan AI Generatif

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mantan PM Jepang Dibunuh karena Tidak Patuh pada WEF

[HOAKS] Mantan PM Jepang Dibunuh karena Tidak Patuh pada WEF

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo-Gibran Batal Dilantik oleh MPR

[HOAKS] Prabowo-Gibran Batal Dilantik oleh MPR

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Ular Raksasa di Carolina Selatan

[HOAKS] Foto Ular Raksasa di Carolina Selatan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

[HOAKS] Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden FIFA Minta Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Presiden FIFA Minta Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Undian Berhadiah 30 Motor dalam Rangka Ulang Tahun

[HOAKS] Undian Berhadiah 30 Motor dalam Rangka Ulang Tahun

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Wawancara Raffi Ahmad soal Situs Judi

[HOAKS] Video Wawancara Raffi Ahmad soal Situs Judi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ustaz Solmed Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Video Ustaz Solmed Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke