KOMPAS.com - Nelson Mandela adalah pejuang anti-apartheid sekaligus presiden pertama Afrika Selatan yang terpilih secara demokratis.
Ia juga berkontribusi terhadap usaha menciptakan perdamaian internasional, sehingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberinya penghormatan dengan menetapkan peringatan Hari Mandela setiap tahun pada 18 Juli.
Tak kalah menariknya, nama Mandela bahkan digunakan untuk menyebut sebuah fenomena psikologi yang disebut sebagai "Mandela effect".
Apa itu Mandela effect?
Dilansir dari LiveScience, Mandela effect adalah ketika banyak orang percaya bahwa sesuatu terjadi ketika, pada kenyataannya, itu tidak pernah terjadi.
Orang-orang ini bersikeras bahwa mereka dapat mengingat suatu kejadian atau pengalaman tertentu, bahkan ketika hal itu terbukti tidak benar.
Contoh populer dari Mandela effect berkaitan dengan "Curious George," karakter monyet berwarna coklat yang pertama kali muncul di buku anak-anak pada 1940-an, dan diangkat menjadi serial kartun televisi pada 2006.
Meskipun ekor adalah salah satu ciri fisik monyet yang paling menonjol, George tidak pernah memilikinya.
Namun, banyak orang merasa mengingat dan bersikeras bahwa George memiliki ekor yang ia gunakan untuk bergelantungan di pohon.
Istilah Mandela effect digunakan untuk menggambarkan ingatan palsu kolektif yang, meskipun salah, telah menjadi nyata di benak banyak orang.
Mengapa disebut Mandela effect?
Kemunculan istilah tersebut dipicu oleh fenomena banyak orang yang mengaku mengingat Nelson Mandela meninggal di penjara selama periode 1980-an.
Namun faktanya, Nelson Mandela meninggal dunia di rumahnya pada 2013.
Istilah ini diciptakan Fiona Broome, seorang "konsultan paranormal", setelah ia menyadari bahwa ada orang selain dirinya yang mengingat Nelson Mandela sekarat saat dipenjara.
Bagaimana bisa terjadi?
Bagaimana Mandela effect bisa terjadi? Mengapa orang yang belum pernah bertemu dapat berbagi kesalahpahaman yang sama?
"Efek Mandela tampaknya terkait erat dengan sejumlah fenomena ingatan," kata Tim Hollins, profesor psikologi eksperimental di University of Plymouth di Inggris.
Hollins menyebut tiga jenis fenomena terkait memori yang serupa:
Hollins juga menunjuk ke beberapa elemen sosial sebagai contoh bagaimana ingatan banyak orang bisa salah, seperti "Konformitas Asch," yaitu ketika orang menyesuaikan diri dengan pandangan kebanyakan agar sesuai dengan kelompok.
Elemen lainnya adalah "efek informasi yang salah," yang menggambarkan kecenderungan ingatan orang untuk berubah berdasarkan pembelajaran atau pengalaman selanjutnya.
Namun, Hollins percaya bahwa fenomena yang paling dekat dengan Mandela effect adalah "ingatan inti", yaitu ketika seseorang memiliki gagasan umum tentang sesuatu tetapi tidak dapat mengingat secara spesifik.
"Mengingat Curious George memiliki ekor adalah cerminan dari fakta bahwa kebanyakan monyet memiliki ekor," kata Hollins.
"Jika Anda hanya ingat intinya — George adalah monyet — tentu Anda akan mengingat dia memiliki ekor, bukan?" tuturnya.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/07/19/111100282/mengenal-mandela-effect-dan-asal-mula-istilah-itu-muncul