KOMPAS.com - Menjelang Idul Adha, angka sapi yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) bertambah. Salah satu yang menjadi sorotan adalah di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Dilaporkan Kompas.com, pada Juni ini terdapat 5.500 ekor sapi di Kabupaten Ponorogo yang terkena PMK, dan 123 ekor di antaranya mati. Sejak awal bulan Juni, Kota Reog pun ditetapkan sebagai daerah darurat bencana PMK.
"Per tiga Juni, darurat bencana PMK. Data terakhir sekitar 5.500-an ekor sapi yang terkena PMK. Dari jumlah itu, 132 ekor sapi mati terinfeksi PMK. Sedangkan sapi yang dipotong paksa karena terjangkit PMK sebanyak 300 ekor,” kata Masun Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo.
Meningkatnya angka konfirmasi sapi yang terkena PMK tidak lepas dari cepatnya penularan penyakit tersebut.
Lantas bagaimana cara penanganan yang tepat supaya sapi PMK tidak menular ataupun mati ? Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan
1. Lakukan Isolasi
Penularan PMK pada ternak seperti sapi cukup cepat, sehingga perlu dilakukan isolasi pada hewan yang dinyatakan suspek atau positif PMK.
Slamet Raharjo, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada menuturkan, isolasi merupakan penanganan pertama yang harus dilakukan ketika ditemukan sapi yang suspek maupun positif PMK.
Menurut Slamet, penularan PMK pada ternak bisa melalui udara maupun kontak langsung.
"Ketika di suatu kadang terdeteksi ada satu ternak yang suspek maupun positif, maka semua sapi yang ada di kandang tersebut tidak boleh keluar. Karena dapat menelurkan ke sapi yang lain," kata Slamet kepada Kompas.com, Sabtu (25/6/2022).
2. Meminimalisasi lalu lintas manusia di kandang
Meskipun PMK tidak menular ke manusia, tetapi penyakit tersebut bisa menyebar ke sapi melalui perantara manusia.
Menurut Slamet Raharjo, virus PMK bisa menempel di pakaian maupun atribut lainnya, sehingga faktor kebersihan juga perlu diperhatikan.
"Hasil penelitian ternyata manusia menjadi penyebar utama. Kadang kala orang tidak sadar ketika kontak dengan sapi yang sakit bajunya, sepatunya, kendaraannya ada tempelan virus PMK. Sehingga virus menyebar ke mana-mana," ujar Slamet.
Menurut dia, lalu lintas manusia perlu dikontrol, orang yang tidak berkepentingan tidak perlu masuk kandang. Hanya orang yang merawat sapi ataupun membersihkan kendang yang boleh masuk.
"Setiap kali keluar dari kandang yang ada sapi postif PMK harus melakukan sterilisasi diri. Mandi, ganti baju, semprot disinfektan sebelum berpindah ke lokasi yang lain. Itu yang yang sulit diterapkan di Indonesia mendisiplinkan peternak bahkan petugas medisnya," ujar Slamet
3. Lakukan Pengobatan Suportif
Sampai saat ini memang belum ada obat yang bisa mematikan virus PMK secara langsung, namun ada berbagai pengobatan suportif atau pendukung yang bisa dilakukan.
Sejumlah dinas terkait di masing-masing wilayah biasanya menyediakan obat pendukung yang dapat meningkatkan daya imunitas sapi supaya lekas sembuh.
Baru-baru ini beberapa peternak menggunakan jamu tradisonal atau empon-empon untuk meningkatkan daya tahan tubuh sapi yang yang terkena PMK.
Slamet Raharjo menjelaskan, dalam tanaman untuk pembuatan jamu tradisional atau empon-empon terdapat kandungan curcumin. Curcumin dapat merangsang sistem kekebalan tubuh,
Menurut dia, jika imunitas sapi yang terkena PMK naik, maka secara bertahap sapi akan mengeliminasi atau mengeluarkan virus sehingga akhirnya sembuh.
"Namun tidak membunuh virusnya," ucap Slamet.
“Berdasarkan uji laboratoris, ada beberapa komponen dalam curcumin yang bersifat anti bakterial dan antiviral. Artinya curcumin dapat melawan virus tapi tidak bisa membunuh virusnya,” ujarnya.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/06/25/201000182/angka-penularan-pmk-tinggi-berikut-cara-penanganannya