KOMPAS.com - Pada 1987, aksi heroik seorang pemuda asal Kampung Jatungeun Wetan, Desa Mekar Sari, Kecamatan Tigaraksa, Tangerang bernama Mat bin Mat Suroh menjadi perbincangan.
Pasalnya, ia berhasil menyelamatkan Kerata Api (KA) 225 dari kecelakaan fatal akibat rel yang patah, meski harus bertaruh nyawa.
Sebulan sebelum aksi heroik Mat bin Mat Suroh, dunia kereta api Indonesia berduka usai terjadi kecelakaan maut kereta api yang dikenal dengan Tragedi Bintaro.
Kecelakaan yang terjadi pada 19 Oktober 1987 di wilayah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan itu menelan korban 139 orang.
Belum lepas dari ingatan itu, kecelakaan besar mungkin saja akan terjadi lagi jika Mat bin Mat Suroh tidak melakukan aksi heroik untuk menyelematkan kereta dari kecelakaan serupa.
Baca juga: Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun
Aksi "Pahlawan Penyelamat KA 225" ini terekam dalam catatan Harian Kompas, 1 Desember 1987.
Pria yang akrab disapa Jang Mat itu semula sedang membawa kerbau milik ayah angkatnya ke ladang pada Senin, 26 November 1987.
Di tengah perjalanan, ketika jam tangannya menunjukkan pukul 5.30 WIB, ia mendapati sebuah rel yang patah dan terlepas lima sentimeter dari ikatan relnya.
Sekilas, kenangan akan Tragedi Bintaro yang terjadi sebulan sebelumnya, terlintas dalam pikirannya.
Dengan kondisi rel yang patah, kereta yang melaju dengan kecepatan 50 kilometer per jam berpotensi akan mengalami kecelakaan fatal.
Baru berencana untuk melaporkan temuannya ke stasiun terdekat, ia merasakan deru KA 225 dari getaran halus rel yang diinjaknya, meski belum terlihat.
Dalam kondisi bimbang dan bingung, Jang Mat melihat lokomotif kuning muncul dari tikungan berjarak 350 meter dari tempatnya.
Baca juga: Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya
Melihat ada seseorang yang berdiri di tengah rel, masinis pun sempat membunyikan peluit kereta.
Tanpa berpikir panjang, Jang Mat kemudian melepas kaus merah yang dikenakannya sambil melambai-lambaikannya, berharap kereta berhenti.
"Saya tidak tahu apakah masinis melihat lambaian baju merah saya. Tapi lokomotif itu tetap melaju cepat," kata dia.