SEJAK masa kanak-kanak, saya terpesona keindahan alam antara lain dalam bentuk air terjun.
Air terjun pertama yang kerap saya kunjungi adalah Grojokan Sewu di kawasan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Sementara Jawa Barat memiliki perbendaharaan air terjun cukup berlimpah, misal, Curug Citumsang, Curug Luhur, Curug Taneuh, Curug Citambur, Curug Cibeureum, Curug Malela Cililin.
Air terjun lembah Ngarai merupakan destinasi wisata alam yang wajib dikunjungi di Sumatera Barat.
Sementara di Papua kini telah ditemukan minimal tujuh pesona air terjun di Tagor, Kiti Kiti, Wafsarak, Kayuni, Cyclops, Bihewa dan Karmon.
Masih banyak pesona air terjun tersebar di Indonesia yang mustahil semua bisa diungkap di dalam ruang terbatas naskah sederhana ini.
Di mancanegara saya terpesona oleh gemuruh air terjun Niagara di kawasan perbatasan Kanada dan Amerika Serikat yang memang dahsyat menggetar sukma.
Namun tanpa mengecilkan kemonumentalan air terjun Niagara, harus diakui bahwa kawasan air terjun Iguasu yang terbentang di wilayah perbatasan segi tiga negara, yaitu Brasilia, Argentina dan Paraguay dipopulerkan oleh film “The Mission” mahakarya Roland Joffe secara subyektif lebih dahsyat menggetar lubuk sanubari saya.
Syukur Alhamdullilah, Yang Maha Kuasa masih mengijinkan saya pada usia senja berkunjung ke kawasan air terjun Victoria Falls, Afrika di mana Dr David Livingstone sempat berjumpa dengan Henry Morton Stainley tatkala berupaya mencari mata air sungai Nil tersohor dengan sapaan Stanley “DR Livingstone, I presume!”.
Victoria Falls yang terbentang lebih dari satu kilometer dengan ketinggian lebih dari seratus meter terletak di kawasan perbatasan Zimbabwe dan Zambia.
Gelegar gemuruh air terjun Victoria Falls terdengar dari jarak sampai 40 kilometer dengan kabut cipratan air terjun menjulang tinggi ke langit sehingga tampak dari jarak kejauhan sampai lebih dari 50 kilometer.
Masyarakat pribumi di sekitar Victoria Falls semula tidak berani mendekati kawasan air terjun monumental tersebut akibat dianggap sebagai kawasan keramat berjuluk Mosi-o-Tunya berarti “Asap nan gemuruh “ yang kerap berhias lengkung-indah bianglala.
Secara dramatis, permukaan air pada Victoria Falls bervariasi sepanjang tahun, namun pada bulan April sebagai akhir musim hujan sekitar 500 juta liter deras mengalir, meski pada bulan Oktober lazimnya mencapai level air terendah sampai kering kerontang.
Tak perlu diragukan lagi bahwa kawasan air terjun Victoria Falls yang terletak di aliran sungai Zambesi sebagai sungai terbesar ke empat benua Afrika merupakan satu di antara air terjun paling spektakular di planet bumi ini.
Meski terbentang di kawasan tidak seluas air terjun Iguasu, namun dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya Victoria Falls tidak kalah dramatis menggetar sukma dalam kemonumentalan sebagai mahakarya alam ketimbang Iguasu Falls.