Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebangkitan dan Keambrukan Fasisme

Kompas.com - 29/12/2023, 17:44 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

SETIAP ideologi pada masa awalnya mengandung makna masing-masing secara bebas nilai tanpa kemelekatan pada nilai kualitatif.

Namun pada perjalanan waktu setelah ideologi dimanfaatkan sebagai pedoman sepak-terjang di panggung politik, maka kemudian mulai mengandung nilai kualitatif baik atau buruk tergantung pada siapa yang menilai dan bagaimana ideologi diwujudkan.

Contoh ideologi yang semula tercatat di dalam sejarah peradaban sebagai positif namun berakhir negatif adalah fasisme.

Ideologi fasisme sempat naik daun demi perkasa bangkit berjaya di Eropa pada masa sejak usai Perang Dunia I sampai usai Perang Dunia II.

Fasisme tumbuh subur di lahan bangsa yang merasa tertindas akibat kalah Perang Dunia I, maka lambat namun pasti menjadi bahan bakar membakar gelora menyelenggarakan Perang Dunia II.

Pemimpin fasis pertama di Eropa adalah Benito Mussolini yang eksplisit mengunakan nama fasis berasal dari bahasa Latin fasces sebagai lambang penguasa Romawi kuno.

Meski pada hakikatnya partai dan gerakan fasisme memiliki falsafah saling beda satu dengan lain-lainnya, namun mereka memiliki kesamaan dalam hal nasionalisme militer ekstrem, elektorat demokrasi dan liberalisme kebudayaan serta keyakinan sosial hirarkis dan elite penguasa yang berambisi mendirikan Volksgemeinschaft alias komunitas rakyat di mana kepentingan pribadi disub-ordinatifkan terhadap kepentingan penguasa.

Bahkan Jepang sempat latah ikut mendirikan Partai Fasis pada awal dasawarsa 1940-an. Setelah Perang Dunia II berakhir pada kematian Adolf Hitler menyusul Benito Mussolini akibat terpaksa menyerah kalah kepada Roosevelt-Churchill-Stalin, maka fasisme langsung resmi dilarang eksis di Italia dan Jerman.

Kecuali di Spanyol fasisme masih bertahan sampai Generalisimo Franco sebagai de facto kepala negara Spanyol mengundurkan diri dengan alasan kesehatan pada 1973.

Nasib fasisme di Spanyol tidak seburuk di Italia dan Jerman berkat kecerdikan plus kelicikan Franco setelah Perang Dunia II, Spanyol langsung bersekutu dengan Amerika Serikat dan Inggris demi bersama membasmi komunisme di Spanyol.

Franco membuktikan bahwa di politik tidak ada kawan tidak ada lawan sebab yang ada cuma kepentingan yang niscaya berubah.

Namun pada masa kini istilah fasisme - sama halnya dengan Nazi - pada umumnya sekadar digunakan terbatas sebagai kata hujatan cacimaki bagi yang dinilai buruk oleh yang menghujat.

Maka Bung Karno sama halnya dengan Ho Chi Minh, Mao Zedong, Kim Il Sung, Stalin, Saddam Hussein, Vladimir Putin, Xi Yinping akibat tidak mau tunduk pada kehendak Amerika Serikat, disebut oleh rezim Amerika Serikat sebagai para tokoh fasisme yang mengancam perdamaian dunia, padahal yang merasa paling terancam adalah Amerika Serikat sendiri saja.

Donald Trump dihujat fasis oleh para lawan politiknya, sementara Joe Biden dianggap sebagai tokoh fasisme oleh Donald Trump.

Di Indonesia pada masa menjelang pemilu 2024, istilah fasis juga asyik digunakan oleh para politisi beserta para buzzer untuk menghujat para politisi beserta para buzzer dari kubu seberang masing-masing.

Tanpa kejelasan tentang siapa yang sebenarnya fasis akibat sebenarnya jarang ada yang paham makna fasisme yang benar-benar benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com