Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Arkeomatematika Sumeria

Kompas.com - 24/10/2023, 17:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM upaya mempelajari peradaban kuno yang sudah tidak hadir alias punah di planet bumi masa kini, saya memilih untuk tidak menggunakan istilah etnomatematika atau antropomatematika, namun arkeomatematika.

Sekitar lebih dari 6000 tahun lalu, satu di antara peradaban tertua di dunia muncul di kawasan Mesopotamia, yaitu peradaban Sumeria.

Masyarakat Sumeria tergolong yang paling dini melahirkan pemikiran matematikal dengan sistem pengukuran kompleks disebut sebagai meteorologi yang kemudian berkembang menjadi aritmatika, aljabar, geometri dan kalkulus.

Peradaban Sumeria di lembah sungai Tigris dan Efrat sama halnya dengan peradaban Harappa di lembah sungai Indus juga membangun kota lengkap dengan segenap infrastruktur tata kota modern termasuk kanal, perahu sebagai alat transportasi melalui air serta sistem pembuangan limbah.

Beda dari masyarakat Mezzoamerika, masyarakat Mesopotamia sudah mengenal prototipus roda.

Masyarakat Sumeria juga merupakan para pengembang sistem ilmu hitung bukan desimal, tetapi seksagesimal yang bertumpu bukan pada 10, namun 60.

Warisan peradaban matematikal Sumeria masih bertahan sampai masa kini dalam bentuk sistem hitungan waktu 1 menit terdiri dari 60 detik serta 1 jam terdiri dari 60 maupun 1 bulan terdiri dari rata-rata 30 hari yang sama dengan 60 dibagi 2 dan 1 tahun terdiri dari 12 bulan yang sama dengan 60 dibagi 5. Bahwa satu hari terdiri dari 24 pada hakikatnya juga berasal dari rumusan 60 : 5 = 12 x 2.

Dengan pemikiran matematikal cukup kompleks, masyarakat Sumeria sudah mampu mengukur volume obyek serta area pada bidang berbentuk segitiga yang kemudian memengaruhi pemikiran para matematikawan Yunani kuno, semisal Pythagoras.

Dengan ilmu hitung sistem seksagesimal masyarakat Sumeria mampu membangun kota dengan sistem irigasi yang canggih maupun bangunan arsitektural kolosal monumental mengerucut ke atas yang disebut sebagai zigurrat sebagai prototipus piramida yang kemudian gencar dikembangkan oleh Mesir.

Secara kebetulan atau tidak kebetulan fakta membuktikan bahwa bentuk zigurrat Sumeria memiliki bentuk mirip dengan piramida berjenjang yang hadir di peradaban Mezzoamerika.

Juga mirip perjalanan sejarah nasib Candi Borobudur ternyata beberapa piramida berjenjang Mezzoamerika sempat “menghilang” ditelan pertumbuhan tanaman belukar rimba belantara.

Mungkin ini adalah apa yang dispekulasikan oleh Gustav Jung sebagai fenomena arketipus naluri peradaban yang memang ditemukan saling terkait di berbagai pelosok planet bumi.

Semisal, kelompok monumental bebatuan era megalitikum yang ditemukan di Inggris, Jerman, Malta, India, Nusa Tenggara sampai ke pulau Paskah yang pada hakikatnya mustahil dibangun tanpa dukungan daya pemikiran matematikal seperti yang dimiliki masyarakat Sumeria.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Tren
Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com