KOMPAS.com - Dalam sejarahnya, Perang Dunia I dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918, sedangkan Perang Dunia II dimulai tahun 1939 sampai 1945.
Sejumlah peristiwa bersejarah tersebut bisa diketahui salah satunya dari dokumentasi baik berupa tulisan, foto, dan juga video.
Lantas, bagaimana cara mendokumentasikan peristiwa perang melalui foto dan video pada saat itu?
Here's one you've never seen: Joe Rosenthal, Associated Press, inscribes the original photo "To Admiral Nimitz with greatest respect and admiration for pushing our lines in the Pacific to the enemy's shore." Courtesy of Fleet Admiral Nimitz, Naval History and Heritage Command. pic.twitter.com/IvAVGYRCVc
— World War II History (@WWIIhistorynet) August 17, 2022
Baca juga: Mengapa Remaja Zaman Dulu Tampak Lebih Tua dari Usia Sebenarnya? Ini Kata Ilmuwan
Dikutip dari British Library (29/1/2014), pengambilan dokumentasi selama peperangan termasuk tindakan yang berisiko. Sebab keamanan fotografer bisa terancam serta hasil rekaman dapat disalahgunakan oleh musuh.
Meski begitu, tetap ada perwira yang menjadi fotografer amatir dengan membawa kamera ke medan perang.
Kepemilikan atau penggunaan kamera oleh prajurit tempur selama peperangan diatur oleh atasan sehingga tergantung kondisinya.
Umumnya, fotografer pers akan dijauhkan agar tidak terkena dampak peperangan yang sedang berlangsung.
78 years ago today, 19 Feb 1945. Marine-laden assault craft head to the beach on Iwo Jima during the initial landings. Note Mount Suribachi looming in the background. From the Photograph Collection at the USMC Archives and Special Collections. #iwojima #usmc pic.twitter.com/M2H9k2QOxt
— World War II History (@WWIIhistorynet) February 19, 2023
Sejak 1916, para tentara dilarang mengambil foto pribadi atau memiliki kamera di zona perang. Karena itu, sebagian besar tentara dan angkatan laut memiliki unit spesialis untuk menangani foto peperangan.
Tentara Inggris, Perancis, dan Jerman bahkan mempekerjakan fotografer resmi yang tunduk dengan kontrol militer untuk mengambil foto yang akan dirilis ke surat kabar atau tujuan propaganda.
Jika tidak ada, fotografer komersial atau pers akan diajak ikut oleh otoritas militer dari sejumlah negara.
Baca juga: Benarkah Dilarang Ambil Foto dan Rekam Orang Jepang dengan Kamera?