Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Air Terjun Blood Falls Antartika yang Berwarna Merah Darah Terungkap, Ilmuwan Jelaskan Penyebabnya

Kompas.com - 09/07/2023, 19:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti berhasil memecahkan misteri dari air terjun berwarna merah darah di Antartika.

Dikenal dengan nama Blood Falls, air terjun itu mengalir dari Gletser Taylor yang terletak di lembah kering McMurdo Antartika.

Air terjun darah itu ditemukan ketika ahli geografi Inggris Thomas Griffith Taylor melakukan perjalanan melalui Antartika Timur pada 1911.

Pada saat itu, ekspedisinya menemukan pemandangan yang menakutkan, yaitu tepi gletser yang tampak mengeluarkan aliran darah.

Setelah banyak spekulasi yang muncul dari Blood Falls, akhirnya para ilmuwan dapat mengetahui penyebab warna merah dari air terjun darah itu.

Baca juga: Mengenal Paus Biru Antartika, Hewan Terbesar di Bumi


Penyebab Blood Falls berwarna merah

Para ilmuwan di AS menggunakan mikroskop elektron transmisi yang kuat untuk menganalisis sampel air Blood Falls.

Dengan menggunakan alat itu, peneliti menemukan banyak sekali bola nano kaya zat besi yang berubah menjadi merah ketika teroksidasi.

"Begitu saya melihat gambar mikroskop, saya melihat bahwa ada bola nano kecil dan kaya akan zat besi," kata Ken Livi, seorang ilmuwan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknik Material Whiting School di Johns Hopkins University dikutip dari IFL Science.

"Mereka (bola nano kecil) memiliki banyak elemen yang berbeda di dalamnya, selain zat besi, terdapat pula silikon, kalsium, aluminium, natrium, dan semuanya bervariasi," tambahnya.

Blood Falls dikenal dengan warna airnya yang merah pekat. Beberapa penelitian sebelumnya telah mencurigai oksidasi besi menjadi penyebab utama, namun penelitian tak pernah mencapai kesimpulan pasti.

Dan teknik pencitraan yang canggih kali ini telah membantu para peneliti mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang mengapa air yang bocor di celah-celah gletser itu memiliki warna merah yang begitu cerah dan mengapa beberapa penelitian sebelumnya gagal.

"Untuk menjadi mineral, atom-atom harus diatur dalam struktur kristal yang sangat spesifik. Nanosfer ini tidak berbentuk kristal, sehingga metode yang sebelumnya digunakan untuk meneliti padatan tidak dapat mendeteksinya," jelas Livi.

Baca juga: Saat Air Terjun Raksasa Niagara Membeku Diterpa Badai Salju Ekstrem...

Berasal dari danau air asin yang terjebak di dalam es

Lebih lanjut, para ilmuwan telah menemukan bahwa air merah yang merembes keluar dari Blood Falls berasal dari danau air asin yang terperangkap di dalam es selama 1,5 hingga 4 juta tahun.

Faktanya, danau ini hanyalah salah satu bagian dari sistem bawah tanah yang jauh lebih besar yang terdiri dari danau dan akuifer yang sangat asin.

Analisis air menunjukkan, air super asin yang terkubur merupakan rumah bagi ekosistem bakteri subglasial yang langka meskipun hampir tidak ada oksigen sama sekali di sana.

Hal tersebut berarti, bakteri bertahan selama jutaan tahun tanpa fotosintesis dan kemungkinan besar menopang diri mereka sendiri melalui siklus zat besi dari air garam.

Dengan sifat-sifat kehidupan dari "dunia lain" ini, para ilmuwan percaya bahwa Blood Falls dapat dipelajari untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang planet-planet lain di tempat lain di tata surya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com