Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Memperluas Lingkup Makna Membaca

Kompas.com - 01/06/2023, 16:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SATU di antara sekian banyak alasan Toko Buku Gunung Agung ditutup konon merosotnya minat masyarakat untuk membaca.

Secara prinsip, saya setuju indikasi bahwa minat membaca masyarakat memang merosot, namun terbatas pada minat membaca benda yang disebut sebagai buku.

Makna buku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lembaran kertas yang dijilid berisi tulisan atau kosong yang dalam bahasa Arab disebut sebagai “kitab”.

Menurut pendapat saya, pemaknaan KBBI terhadap buku sangat arif dan bijak secara realistis sebab buku memang tidak selalu berisi tulisan atau gambar, namun bisa juga kosong sama sekali tanpa isi.

Secara kronologis-historis, buku semula tidak ada dan kemudian diadakan oleh manusia sebagai karsa dan karya peradaban informasi.

Bahkan sebenarnya buku tidak harus dalam bentuk lembaran kertas atau lontar atau papirus yang dijilid.

Sebab pada hakikatnya Candi Borobudur merupakan buku yang terbuat dari batu yang bukan dijilid, namun disusun serta berisi informasi bukan dalam bentuk tulisan, namun dalam bentuk relief sebagai rekaman peristiwa untuk dibaca oleh umat manusia pada masa depan dari masa saat Candi Borobudur dibangun oleh manusia.

Pada hakikatnya Candi Borobudur menggunakan daya piktografi alias bahasa gambar yang juga digunakan oleh komik.

Untuk sementara ini hasil kajian Pusat Studi Kelirumogi terhadap perilaku membaca menegaskan bahwa pada hakikatnya membaca sama sekali tidak terbatas pada membaca buku belaka.

Membaca juga bisa membaca suasana dan peristiwa yang tidak wajib dalam bentuk tulisan. Para penyandang tuna rungu dalam berkomunikasi juga mahir membaca bahasa tubuh, bahasa gerak jari dan bibir serta bahasa isyarat.

Matematika menggunakan bahasa angka untuk dibaca para ilmuwan demi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Edwin Schroedinger melakukan eksperimen pemikiran kucing di dalam kotak dengan menggunakan daya imajinatif untuk membaca suasana kuantum seiring sejalan dengan Ivan Pavlof membaca perilaku anjing sebagai landasan psikologi kondisional.

Charles Darwin membaca realita ekosistem flora dan fauna di kepulauan Galapagos sebagai bahan utama untuk menulis buku legendaris “The Origin Of Species”.

Membaca bahasa tubuh sesama manusia tidak kalah penting dalam menjalin komunikasi antarmanusia ketimbang membaca buku tentang perilaku manusia yang kini disebut sebagai psikologi.

Adalah Soepardjo Rustam yang mengajarkan kepada saya bahwa seorang negarawan sejati wajib mampu dan mau membaca kehendak rakyat yang sama sekali tidak kalah penting ketimbang membaca buku berisi laporan statistik ekonomi atau teori kepemimpinan.

Membaca buku juga selalu dianggap sebagai sikap dan perilaku membahayakan penguasa. Terbukti di dalam sejarah peradaban berulang kali penguasa yang represif seperti gereja abad pertengahan maupun Nazi Jerman pada abad XX melakukan pembakaran buku demi mempertahankan kekuasaan penguasa.

Ayah saya tidak gemar membaca buku, namun lebih mahir membaca suasana kenyataan kehidupan manusia maka terbukti pada kenyataan beliau de facto jauh lebih arif dan bijaksana ketimbang saya yang menganggap membaca buku merupakan kegiatan utama dalam perjalanan hidup mencari makna kehidupan.

Kembali ke masalah buku dalam arti lembaran kertas yang dijilid berisi tulisan atau kosong seperti yang dimaknakan KBBI sebenarnya pada masa kini sudah tersedia alternatif bentuk buku, yaitu apa yang disebut sebagai e-book alias buku digital.

Kelompok penebit Gramedia sudah cukup bijak untuk melakukan rethinking serta redirecting arah industri penerbitan maka sudah mulai banting setir dari buku cetak ke buku digital demi menyesuaikan diri ke perubahan zaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com