Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Tanpa Nama

Kompas.com - 19/05/2023, 11:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI ERA digital seperti yang saat ini sedang kita rasakan muncul fenomena terkait dengan persoalan identitas.

Persoalan identitas sudah lama dikaji. Berbagai hasil penelitian masa lalu, mungkin juga sampai masa ini, banyak menunjukkan bagaimana identitas demikian penting dalam kehidupan sosial.

Identitas bukan hanya referensi relasional, tapi juga ekspresi sosial dan kultural yang melekat pada seseorang atau sekelompok orang ketika dia berhubungan orang lain.

Ada beragam ekspresi identitas yang muncul dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah yang melekat ketika dia sejak lahir, di mana identitas direferensikan dengan nama dan suku.

Dua hal ini, nama dan suku sebelumnya merupakan sesuatu yang given, atau tidak bisa ditolak. Tidak jarang bahkan nama-nama itu langsung mereferensikan posisi eksistensialnya dari kultur (dan bahkan wilayah) mana.

Sebagai contoh kita bisa menarik penyimpulan ketika ada seseorang bernama “Paijo” atau “Ngatinem”, biasanya jelas dari suku bangsa Jawa; sedangkan nama yang saya miliki “Tantan”, langsung diidentifikasi sebagai suku Sunda.

Namun kemudian identitas yang dilekatkan pada proses referensi kultural itu perlahan memudar seiring dengan banyak hal seperti: ruang relasional antarmanusia saat ini yang semakin luas.

Ketika orang Jawa yang menetap di pulau Sumatera, Kalimantan, bahkan Papua, misalnya, mereka kemudian meluaskan preferensi identitas itu menjadi nasional. Maka muncullah nama-nama khas Indonesia.

Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan bagaimana relasi seseorang tidak lagi pada medium ruang yang sempit atau kecil, tetapi justru lebih menasional.

Bahkan ketika apa yang disebut sebagai globalisasi terjadi, maka referensi identitas kultural yang sifatnya berbasis wilayah suatu bangsa akan memudar drastis. Sekarang nama-nama menjadi lebih global.

Bahkan kemudian nama-nama itu merupakan representasi dari satu identitas budaya baru yang merupakan sebagai bagian dari “warga dunia”.

Di era kehadiran dunia digital (atau era digital) saat ini, persoalan penamaan yang menunjukkan identitas lebih revolusioner lagi.

Di mana persoalan identitas ini larut di ruang kultural yang sifatnya virtual. Identitas-identitas itu kemudian tidak lagi direferensikan pada wilayah administratif tertentu. Karena tiap orang bisa berelasi dengan orang lain melampaui budaya, negara, agama, dan hal lain.

Contoh sederhana seorang Youtuber yang kemudian dikenal dengan kebiasaannya mengajak orang untuk ngobrol, chatting dan lain-lain, dia bisa berhubungan dengan orang-orang dari belahan negara lain dengan mudah dan bebas.

Di ruang itu, tidak sedikit mereka yang kemudian menggunakan nickname atau nama alias.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

Tren
Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com