Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pelipur Lara Gagal Paham Waktu

Kompas.com - 13/05/2023, 16:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMUA orang (merasa) tahu apa yang disebut sebagai waktu. Namun sejak dahulu kala sampai masa kini masih belum ada manusia termasuk yang paling cerdas seperti Albert Einstein atau B.J. Habibie mampu mendefinisikan apa yang disebut sebagai waktu secara sempurna dan paripurna.

Syukur Alhamdulilah, cukup banyak manusia yang kreatif menggubah untaian kalimat mutiara bersuasana jenaka sebagai pelipur lara kekecewaan manusia gagal paham waktu akibat terbukti tidak mampu membuat definisi waktu secara sempurna dan paripurna.

Misalnya, Robert Frost bersabda secara tidak terlalu disukai oleh kaum feminis,“Time and tide wait for no man, but time always stands still for a woman of 30.”

Agak mirip dengan keluhan Lucille Harper bahwa,“Time is a great healer, but a poor beautician”.

Sementara Frank Dane berparafrasa dengan pameo “Time is Money” yang dikembangkan menjadi “Time is money, especially when you’re talking to a lawyer, or buying a commercial.”

Beda dari pesimisme Katherine Applegate yang tersirat dan tersurat di dalam kalimat “With enough time, you can get used to almost anything.”

Maupun optimisme sang begawan dongeng Hans Christian Andersen,“Enjoy life. There’s plenty of time to be dead.” 

Lain halnya dengan Leonard Bernstein yang menyesali fonemena paradoks waktu sebagai “To achieve great things, two things are needed; a plan, and not quite enough time”, terkesan seiring sejalan dengan Louis Boone yang meratap sambil menegaskan,“I am definitely going to take a course on time management — just as soon as I can work it into my schedule.”

Sinisme Groucho Marx,“No man goes before his time unless the boss leaves early", hanya bisa ditandingi sarkasme Oscar Wilde,“Punctuality is the thief of time” atau nihilisme mahakomponis Hector Berlioz, “Time is a great teacher, but unfortunately, it kills all its pupils.”

Warisan penyadaran Euripides,“Time will explain it all. He is a talker, and needs no questioning before he speaks", merupakan bukti kronologis bahwa sejak zaman Yunani kuno, sebenarnya para maha pemikir sudah berikhtiar memahami lalu menjelaskan apa sebenarnya definisi yang disebut sebagai “waktu” meski niscaya senantiasa gagal.

Maka pada hakikatnya adalah wajar apabila seorang insan berdaya dungu pikir seperti saya ini memang merasa tahu apa yang disebut sebagai waktu, namun terjamin pasti tidak mampu membuat definisi waktu apalagi secara sempurna tepat dan benar.

Namun sebenarnya tidak perlu saya merasa terlalu malu gagal paham waktu sebab naga-naganya juga belum ada yang tahu sebenarnya waktu itu apa.

Meski sebagai penggagas Pusat Studi Humorologi yang sudah menulis buku berjudul “Humorologi”, saya tetap berhak menikmati kalimat-kalimat jenaka yang dibuat oleh para tokoh tentang apa yang disebut waktu itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com