Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kekeliruan Persepsional Mudik

Kompas.com - 24/04/2023, 08:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BERKAT kerja sama kondusif konstruktif antarwarga yang melakukan mudik dengan Polri, Kementerian Perhubungan dan pihak lain, maka mudik pada 2023 terselenggara dengan baik.

Mudik merupakan unsur melekat pada Idul Fitri khas Indonesia. Pada hakikatnya tidak ada yang keliru pada tradisi mudik an sich.

Namun menurut hasil telaah Pusat Studi Kelirumologi terdapat minimal tiga kekeliruan persepsional yang kerap kali terkandung pada pengejawantahan tradisi mudik di persada Nusantara masa kini.

Kekeliruan persepsional pertama adalah kebiasaan warga kota Jabodetabek, bahkan wilayah lain di Jawa Barat yang melakukan mudik alias pulkam (pulang kampung) menyebut dirinya mudik ke Jawa.

Padahal secara geografis fakta membuktikan bahwa sebenarnya kawasan Jabodetabek dan Jawa Barat juga terletak di pulau Jawa.

Bahkan de facto warga Jakarta pulkam ke Pulau Madura juga menyatakan dirinya mudik ke Jawa.

Kekeliruan persepsional kedua adalah anggapan mudik merupakan tradisi menyambut Idul Fitri sebagai Hari Raya Islam, maka yang melakukan mudik terbatas hanya kaum Muslim saja.

Pada kenyataan fakta membuktikan bahwa pemudik bukan terbatas umat Islam saja, namun juga umat Nasrani, Buddha, dan Hindu maupun para penganut aliran kepercayaan.

Kekeliruan persepsional ke tiga adalah anggapan arah lalu lintas mudik hanya terbatas dari kota ke desa alias urban ke rural saja.

Fakta pada kenyataan membuktikan bahwa ternyata arah lalu lintas mudik juga terjadi sebaliknya dari desa ke kota sebagai akibat di Indonesia masa kini cukup banyak warga kota bahkan ibu kota yang mencari nafkah dan/atau bekerja atau bertugas di desa.

Mereka bahkan bekerja di pedalaman hutan belantara seperti, misalnya, warga kota yang ditugaskan di pedalaman hutan belantara untuk membangun IKN.

Pada masa menjelang Lebaran para warga urban yang berkarya di kawasan rural berduyun-duyun melakukan perjalanan mudik untuk pulko alias pulang kota bahkan puliko alias pulang ibu kota.

Segenap fakta peradaban terkait mudik khas Indonesia tersebut pada hakikatnya membuktikan secara tidak terbantahkan bahwa bangsa Indonesia memang hidup bersama sebagai masyarakat adil dan makmur dalam sebuah negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram karta raharja. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com