Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat Tanggalnya, Potensi Cuaca Ekstrem pada Mudik Lebaran 2023

Kompas.com - 10/04/2023, 20:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ekstrem berpotensi terjadi di beberapa wilayah pada periode mudik Lebaran 2023.

Dalam rilisnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau para pemudik untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan selama arus mudik dan balik Lebaran 2023.

Kompas.com telah mendapatkan izin dari Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana untuk mengutip rilis tersebut sebagai pemberitaan.

Baca juga: Waspadai Cuaca Ekstrem Dipicu Siklon Tropis 18S, Ini Daftar Wilayah Terdampak


Lantas, kapan terjadinya potensi cuaca ekstrem periode mudik Lebaran 2023?

Hujan lebat hingga sangat lebat pada tanggal ini

Dwikorita mengatakan, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di enam wilayah periode 15-21 April 2023.

Wilayah tersebut, yakni Aceh, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua.

Daerah lain juga perlu meningkatkan kewaspadaan, antara lain Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jabodetabek, Jawa Timur, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat.

"Untuk periode 22-28 April (2023), daerah merah (potensi hujan lebat) masih relatif sama, yaitu di Aceh, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara," ujar Dwikorita.

"Kemudian daerah merah untuk arus balik 29 April-5 Mei (2023), yaitu Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua," imbuhnya.

Baca juga: Warganet Merasa Aneh dengan Nama Siklon Tropis Herman, Ini Penjelasan BMKG

Masa peralihan dari hujan ke kemarau

Dwikorita menjelaskan, saat ini Indonesia tengah memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau sehingga potensi cuaca ekstrem masih dapat terjadi.

Beberapa waktu lalu, BMKG telah memprediksi musim kemarau akan lebih awal terjadi pada April meliputi wilayah Bali, NTB, NTT, sebagian besar Jawa Timur.

Sedangkan wilayah yang memasuki musim kemarau pada Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Sumatera bagian selatan, Papua bagian selatan.

Baca juga: Hujan Es Turun di Merbabu, BMKG: Masih Dapat Terjadi hingga Musim Pancaroba

Saat peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau seperti saat ini, kata Dwikorita, arah angin bertiup sangat bervariasi.

Sehingga, mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya.

Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.

Baca juga: Siklon Tropis Herman Landa Indonesia, Apa Perbedaan Badai, Topan, Siklon, dan Tornado?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com