Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menghayati Makna Paskah

Kompas.com - 09/04/2023, 18:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEPALA Rumah Sakit Pusat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Gatot Subroto, Letjen DR. Albertus Budi Sulistya SP. THT mengingatkan saya tentang apa yang terjadi setelah Hari Raya Paskah di Jerusalem lebih dari dua ribu tahun lalu.

Memang fakta sejarah membuktikan bahwa setelah masyarakat Jerusalem mengelu-elukan kedatangan Jesus Kristus pada hari yang kini dirayakan sebagai Paskah, maka pihak-pihak tertentu di Jerusalem yang membenci Jesus Kristus merasa gelisah seolah kebakaran jenggot.

Maka secara alami terjadi persekongkolan politis antara para Ulama Yahudi bersama masyarakat Jerusalem pembenci Jesus Kristus dengan penguasa Romawi demi menggalang persatuan dan kesatuan politis sekaligus militer untuk menangkap kemudian menyalib orang yang dianggap paling berbahaya terhadap kelanggengan kekuasaan agama dan politik di Jerusalem.

Sungguh memprihatinkan bahwa seorang yang mengajarkan kasih-sayang ternyata sangat dibenci oleh para penguasa.

Sebenanya konspirasi politis antara ulama Yahudi dengan penguasa militer Romawi sulit berhasil menangkap Jesus Kristus apabila di lingkar dalam para murid Jesus Kristus sendiri tidak ada seorang oknum pengkhianat, yaitu Judas Iskariot.

Bahwa di Taman Getshemani, Jesus Kristus berwelas asih memulihkan telinga serdadu Romawi yang dipotong oleh Petrus ternyata tidak mencegah para angkara-murkawan melakukan kekerasan ragawi terhadap Jesus Kristus.

Segenap rangkaian tragedi kemanusiaan di Jerusalem tersebut kini dirayakan sebagai Hari Raya Paskah pada hakikatnya mengajak kita untuk senantiasa waspada bahwa niat baik sebaik apapun rawan bisa ditafsirkan sebagai kejahatan oleh para penguasa yang merasa kekuasaan mereka terancam oleh niat baik sebaik apapun.

Kekuasaan memang rawan membuat mereka yang sedang berkuasa lupa daratan bahwa sebenarnya mereka hanya bisa berkuasa selama ada yang bersedia dikuasai.

Pada hakikatnya perayaan Hari Raya Paskah mengingatkan umat manusia untuk senantiasa bersikap ojo dumeh alias jangan terkebur apalagi sekadar akibat mabuk kekuasaan belaka.

Setelah dua milineal berlalu, tragedi yang terjadi di Jerusalem senantiasa kembali berulang terjadi di negeri dengan penguasa yang tidak tulus menjunjung kepentingan rakyat namun sekadar mengutamakan kekuasaan diri sendiri belaka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com