Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Panen Raya dan Impor, Mengapa Harga Beras Tetap Melambung?

Kompas.com - 17/03/2023, 08:29 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku bingung soal harga beras yang tak kunjung turun, meski sejumlah daerah sudah panen raya.

"Kita lihat masih panen raya. Logikanya panen raya suplainya banyak, mestinya harga turun. Nah, ini kok endak," ujar Jokowi di Istora GBK, Jakarta, Rabu (15/3/2023).

"Ini yang baru kita cari. Ini yang senang petaninya senang, tetapi konsumennya pasti akan berteriak. Saya kira keseimbangan itu yang ingin kita jaga," lanjutnya.

Dikutip dari data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras kualitas bawah II saat ini menunjukkan stagnan Rp 11.650 per kilogram, dan beras kulitas bawah I Rp 12.000 per kilogram.

Kemudian beras kualitas medium I Rp 13.200 per kilogram, beras kualitas medium II Rp 13.050 per kilogram, beras kualitas super I Rp 14.600, dan beras kualitas super II Rp 14.100.

Baca juga: Saat Panen Raya Disambut dengan Impor Beras...


Lantas, mengapa harga beras tak kunjung turun meski sudah panen raya dan impor?

Intervensi yang telat

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, persoalan harga beras ini merupakan akibat dari intervensi pemerintah yang terlambat.

Hal ini diperburuk dengan biaya input produksi, khususnya pupuk dan biaya logistik BBM yang mengalami kenaikan.

"Jadi petani pun harus jual dengan harga yang lebih tinggi meski ada panen raya," kata Bhima kepada Kompas.com, Kamis (16/3/2023).

"Apa pemerintah tambah subsidi pupuk dan turunkan harga BBM? Kan tidak," sambungnya.

Baca juga: Harga Beras Masih Tinggi, Apa yang Terjadi?

Perlunya intervensi pemerintah

Presiden Joko Widodo saat mengecek harga beras di Pasar Beran, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu (11/3/2023).Dok. Sekretariat Presiden Presiden Joko Widodo saat mengecek harga beras di Pasar Beran, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu (11/3/2023).

Selain itu, ia menyebut beras yang beredar di pasaran saat ini juga merupakan beras hasil panen tahun lalu yang harganya lebih tinggi.

Karenanya, Bhima berharap agar pemerintah langsung mengintervensi kondisi ini dengan menurunkan harga BBM subsidi untuk membantu biaya distribusi beras.

"Kemudian pastikan beras hasil panen raya bisa segera terdistribusi ke daerah yang alami kenaikan harga tertinggi," jelas dia.

Dalam hal ini, pemerintah daerah juga perlu berkoordinasi secara aktif dengan sesama pemda untuk kepentingan stok beras di masing-masing daerah.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com