Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menerawang Hakikat Kimia

Kompas.com - 12/03/2023, 17:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA bukan ahli atau pakar apalagi ilmuwan kimia, namun sekadar seorang pembelajar karena mengagumi kimia sebagai satu di antara sekian banyak unsur yang berpengaruh dalam pembentukan yang disebut sebagai kehidupan di planet bumi.

Sejauh yang sementara ini saya pelajari secara dangkal dan terbatas, makrokosmos maupun mikrokosmos kehidupan manusia mustahil bisa lepas dari kimia.

Bahkan konon (maaf saya menggunakan istilah konon sebab tidak mampu membuktikan kebenaran maupun ketidakbenarannya) pembetukan sel hidup yang perdana adalah melalui proses kimia.

Berdasar pengalaman mengganggu guru pada saat mengajar mata pelajaran kimia, maksimal atau minimal saya cuma tahu bahwa H2S adalah senyawa kimia gas yang tidak berwarna, lebih berat daripada udara, flammable, explosiv, korosiv, dan sangat berbahaya karena beracun, dengan sengatan bau telur busuk.

Saya juga agak tahu bahwa dua sumber utama kehidupan, yaitu air dan matahari merupakan zat kimia. Konon kehidupan berawal di dalam air.

Fotosintesis adalah reaksi kimia yang dibutuhkan tanaman untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen.

Tanpa proses kimia di dalam tubuh manusia mustahil manusia bisa hidup. Pencernaan merupakan proses kimia yang hakiki memungkinkan segenap organ tubuh mulai dari ginjal sampai jantung bahkan otak mampu berfungsi.

Pembusukan yang dilakukan para bakteri pembusuk terhadap sisa makanan di dalam tubuh manusia yang tidak kalah vital ketimbang pencernaan juga merupakan proses senyawa kimia seperti hidrogen sulfida.

Bahkan gerak psikologis manusia memunculkan terminologi “chemistry” bagi kecocokan psikologis sesama manusia dan/atau manusia dengan lingkungannya.

Dapat dikatakan apabila Anda membaca naskah ini sampai di sini berarti ada chemistry antara Anda dengan naskah ini.

Jika Anda merasa jemu membaca naskah yang Anda anggap membosankan, bahkan mubazir ini berarti tidak ada chemistry antara Anda dengan naskah sampah ini.

Namun jangan lupa bahwa sampah justru merupakan unsur vital di dalam siklus kehidupan di planet bumi yang juga tidak lepas dari proses kimia.

Pada hakikatnya beranekaragam perilaku manusia mulai dari mandi sampai memasak, bahkan buang air besar maupun kecil memang tidak lepas dari apa yang disebut sebagai kimia.

Mulai dari ibu rumah tangga paling sederhana sampai maha koki alias chef paling selibritas memiliki kesamaan perilaku, yaitu memanfaatkan proses kimia untuk mewujudkan karsa dan karya masing-masing.

Tanpa kimia, maka perilaku peradaban gastronomis umat manusia berhenti pada makan makanan yang mentah dalam arti belum diolah melalui proses masak-memasak yang pada hakikatnya semuanya merupakan proses kimia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com