Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Turkiye Masa Kini

Kompas.com - 06/02/2023, 09:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TELAH terjadi beberapa perubahan pada Turkiye masa kini akibat pagebluk Corona masih ditambah perang Rusia-Ukraina yang rawan meledakkan Perang Dunia III.

Perang antara Rusia dan Ukraina jelas berpengaruh buruk, sebab secara geopolitik maupun geografis kedua negara dekat dengan Turkiye.

Namun perubahan yang paling nyata adalah kehendak pemerintah Turki masa kini resmi mengganti nama Turki yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai Turkey menjadi Turkiye.

Secara alasanologis cukup masuk akal sehat maupun tidak sehat sebab Turkey dalam bahasa Inggris adalah nama jenis satwa unggas yang di Amerika Serikat gemar disembelih untuk disantap bersama terutama dalam rangka merayakan hari Thanksgiving sebab volume daging Turkey lebih besar ketimbang ayam sehingga lebih mudah untuk dibagi-bagi kepada sesama warga yang merayakan hari berterima-kasih kaum pendatang dari Eropa yang jauh-jauh datang dari Eropa untuk mendarat di pantai Timur benua Amerika dengan kapal Mayflower.

Entah kenapa, Turkey dianggap satwa kurang cerdas meski belum pernah dilakukan tes IQ terhadap satwa lucu dengan suara lucu tersebut. Juga tidak jelas jika ada Kentucky Fried Chicken lalu kenapa tidak ada Plymouth Fried Turkey.

Namun jelas bahwa pemerintah Turkiye tidak suka negaranya disebut dengan nama yang sama dengan satwa lucu yang dianggap kurang cerdas yang gemar disantap oleh warga Amerika Serikat.

Perubahan juga tampak nyata pada ekonomi Turkiye akibat pagebluk Corona yang sudah barang tentu cukup berat memukul industri pariwisata Turkiye yang pada tahun 2019 berpotensi sekitar 35 miliar dollar AS dari 52 juta wisatawan mancanegara termasuk Indonesia.

Namun tampaknya pada tahun 2022, para turis mancanegara termasuk Indonesia mulai berdatangan ke Turkiye akibat Kementerian Pariwisata Turkiye melancarkan promosi besar-besar sambil nyata memperbaiki infrastruktur pariwisata pada masa turis takut datang ke Turkiye akibat pagebluk Corona agar berani datang ke Turkiye.

Yang hebat adalah Turkish Airlines yang berjaya sebagai maskapai penerbangan Eropa pertama yang berhasil bangkit kembali dari petaka Corona dengan mencapai operating profit sebesar 520 juta dollar AS dan netto profit 576 juta dollar AS pada 2022.

Mengenai seberapa besar industri atau perdagangan senjata Turkiye dirugikan atau diuntungkan oleh perang Rusia-Ukraina yang secara geografis medan perangnya bertetangga dengan Turkiye, sayang tidak dapat diperoleh data dan informasi akurat yang bisa dipercaya.

Yang pasti dijamin tidak berubah adalah Turkiye sejak 1952 masih tetap anggota NATO dengan Angkatan Bersenjata terbesar ke dua berperan sebagai markas besar Allied Land Command serta dua pangkalan militer udara di Incirlik dan Konya sambil tetap memiliki hubungan tidak terlalu mesra dengan para negara tetangga seperti Iran, Irak, Suriah, Yunani dan Armenia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com