Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Big Data, E-Health, Pandemi, dan Presidensi G20 di Bali

Kompas.com - 13/05/2022, 12:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INTELLECTUALS solve problems, geniuses prevent them!” Kaum intelektual memecahkan masalah, orang genius mencegah masalah. Pesan bijak Albert Einstein, ahli fisika kelahiran Jerman (14 Maret 1879 – 18 April 1955) dan peraih Nobel Fisika tahun 1921, masih dikutip hingga awal abad 21. Nell Derick Debevoise, misalnya, mengutip Einstein dalam tulisan strategi kepemimpinan, Forbes edisi 26 Januari 2021: “If I had an hour to solve a problem I'd spend 55 minutes thinking about the problem and five minutes thinking about solutions.”

Kekuatan kepemimpinan ialah membuat dasar dan arah keputusan untuk suatu organisasi atau negara. Jika bermanfaat memecahkan masalah, begitu standar intelektual; jika keputusannya dapat mencegah masalah atau risiko, maka standarnya ialah genius.

Filsuf Lao Tzu asal Tiongkok sekitar abad 4 SM merilis pesan bijak tentang resep menjadi genius: “To see things in the seed, that is genius.” Melihat hal-hal sejak dini-bibit adalah tanda genius. Pesan Lao Tzu, penulis buku Tao Te Ching, juga selalu dikutip hingga awal abad 21, misalnya Trent Leyshan (2012) dalam buku Outlaw dan Dinesh C Bhargava (2020) dalam buku Revelation of Reality.

Baca juga: Apa Itu Big Data? Mengenal Cara Kerja, Manfaat, serta Contohnya

Pada Kamis, 10 Februari 2022, Bank Dunia (World Bank) dan World Health Organization (WHO), organisasi kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis paper draft analisa arsitektur dan pembiayaan siap-siaga dan tanggap pandemik (Pandemic Preparedness and Response/PPR) untuk Gugus Tugas (Task Force) agenda kesehatan dan keuangan G20 —organisasi antar-pemerintah 19 negara dan Uni Eropa sejak 1999. Apakah PPR itu memenuhi kriteria ‘intelektual’ atau ‘genius’, sangat menentukan kinerja persiapan-kesiagaan dan tanggap pandemik kini dan ke depan secara nasional, regional, dan internasional.

PPR G20 diharapkan melahirkan suatu kemitraan dan program reformasi arsitektur kesehatan dunia yang terukur, terarah, tidak bias, kontrol kuat, dan pertahanan negara kuat serta mewujudkan cita-cita Konstitusi WHO (1946) : “...the enjoyment of the highest attainable state of health . . . [by] every human being without distinction.” Cita-cita ini berisi prinsip keadilan sosial dan perikemanusiaan sehingga tercipta ketertiban dunia dalam wujud perdamaian abadi dan hak kemerdekaan tiap bangsa.

G20 perlu menelurkan sistem dan strategi reformasi arsitektur kesehatan global, khususnya mencegah risiko pandemik pada masa-masa datang. Kita lihat risiko dan dampak pandemik Covid-19 sangat hebat. Tahun 2020, Dana Monter Internasional (IMF), misalnya, menduga total kerugian akibat Covid-19 mencapai 28 triliun dollar AS (Gopinath, 2020) dan begitu pula perkiraan lembaga-lembaga internasional lainnya (lihat grafik).

Grafik pandemi- Grafik pandemi

 

Big Data dan E-Health

Big Data mencakup data atau informasi skala besar yang dihimpun, diriset, diakses, dibagi, diagregasi, dianalis, dan digunakan oleh masyarakat, pers, organisasi politik, swasta, koperasi, dan pemerintah melalui cepis-cepis atau aplikasi teknologi informasi (IT) (Howard, Shorey, Woolley, & Guo, 2016; Boyd & Crawford, 2012).

Big Data mencakup audio, video, website log files, data spasial, data lokasi-geo, XML data, multimedia, clickstreams, teks (terstruktur, semi-terstruktur, tidak terstruktur) pada beragam platform seperti komunikasi mesin-ke-mesin, situs media sosial, jaringan sensor, sistem siber-fisik, dan Internet of Things (IoT) yang memengaruhi tahap-tahap pembuatan keputusan pemerintah, masyarakat, organisasi, koperasi, pers, dan swasta: intelijen, desain, pilihan, dan implementasi (Turban et al, 2007).

Big Data juga adalah paradigma ke-4 sains (Strawn, 2012:34), ‘the next frontier for innovation, competition, and productivity” (Manyika, et al, 2011:1), “management revolution” (McAfee & Brynjolfsson, 2012:3) dan pemicu “a revolution in science and technology” (Ann Keller, Koonin, & Shipp, 2012: 4). Big Data adalah ‘a driver for innovation’ dan berisi informasi strategis dalam pembuatan keputusan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta (Anno Bunnik, et al, 2016: 63).

Baca juga: Manfaat dan Mudarat Big Data

Big Data mewakili paradigma baru Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang menghasilkan banyak nilai yakni “volume, variety, velocity” (Fan et al, 2015) dan IBM menambahkan veracity (V ke-4) (Jagadish, 2015). Big Data menghasilkan informasi skala besar (volume) yang terstruktur atau tidak terstruktur real-time (velocity) dan kadang tanpa kejelasan sumber (veracity).

Maka pemanfaatan Big Data perlu menghasilkan nilai (value) atau V ke-5 (Chang et
al, 2013) khususnya membangun arsitektur kesehatan global guna mencegah pandemik.

Arsitektur PPR misalnya dikelola melalui Big Data dan E-Health, khususnya pengawasan, intelijen kolektif-kolaboratif, peringatan dini, penelitian, partisipasi masyarakat, emergensi atau operasi darurat, dan koordinasi nasional, regional, dan internasional.

Rapuh informasi selalu memicu risiko; apalagi sifat krisis selalu memilik efek-imbas. Misalnya, kita belajar dari eskalasi krisis akibat Covid-19, antara lain akibat misinformasi dan disinformasi tentang asal, skala, pencegahan, pengobatan, perawatan, dan aspek wabah lainnya tersebar cepat secara online. Kita juga baca laporan US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tentang perkiraan risiko kematian yang rapuh diberitakan, karena kurang dipahami (CDC, 2020). Eskalasi krisis semacam ini dapat dicegah melalui program Big Data collective intelligence dan E-Health.

Edukasi pencegahan risiko pandemik juga lebih efektif dan cepat melalui Big Data dan E-Health, misalnya sosialisasi dan edukasi vaksin, masker, cuci-tangan, jaga-jarak fisik, dan lain-lain. Namun, penggunaan Big Data dan E-Health untuk menjabarkan PPR harus mencegah risiko keamanan masyarakat dan negara, menerapkan pengawasan, proteksi privasi dan akurasi data (Pariser, 2011), transparansi, teknologi (Al Knawy et al., 2022), penerapan Artificial Intelligence, algoritma, Internet of Things (IoT).

Presiden Joko Widodo dalam KTT G20 di Jakarta.REUTERS/HAFIDZ MUBARAK A via DW INDONESIA Presiden Joko Widodo dalam KTT G20 di Jakarta.
Presidensi G20 Bali

Akhir-akhir ini ilmuwan dan industri obat-obatan atau medis menggunakan Big Data dari aplikasi online guna memperkirakan krisis atau krisis pelayanan kesehatan dan wabah. Begitu pula, semakin kuat tren monitoring kesehatan per orang berbasis Big Data (self-tracking) (Neff & Nafus, 2016; Reigeluth, 2014). Namun, penerapannya membutuhkan jaminan perlindungan privasi (hak-hak warga-negara) dan kesepakatan pelayanan medis secara online Big Data.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com