Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bulan Jatuh Khayalan Ronald Emmerich

Kompas.com - 25/04/2022, 05:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KETIKA belajar dan mengajar di Jerman, saya sempat jempat seorang sineas muda kelahiran Stuttgart bernama Ronald Emmerich.

Sutradara dan produsen film kelahiran Jerman ini kemudian merambah berkarya sampai ke Hollywood menjadi sineas hebat spesialis film fiksi ilmiah bersuasana kiamat seperti Independence Day, The Day After Tommorrow, 2012, Godzilla .

Pada masa masyarakat planet bumi sedang terpaksa isoman akibat pagebluk Corona, Emmerich malah menggarap sebuah film fiksi ilmiah secara di sana sini terkesan tidak terlalu ilmiah namun tetap bersuasana kiamat dengan judul Moonfall yang dalam bahasa Indonesia kira-kira bisa disebut sebagai Bulan Jatuh tanpa ada kaitan dengan Datang Bulan.

Di dalam Moonfall, benda angkasa yang mengitari planet bumi ditampilkan dalam bukan bentuk alaminya yang di Indonesia juga kerap disebut sebagai rembulan.

Moonfall berkisah tentang umat manusia hidup penuh cemas akibat terancam rembulan jatuh menimpa planet bumi.

Menariknya adalah menurut khayalan Emmerich dan penulis kisah Moonfall rembulan yang jatuh akibat tergelincir ke luar orbit adalah sebuah megastructure yang dibentuk dan didayagunakan sebagai alat penghancur planet bumi oleh entitas angkasa luar yang memang hobi memghancurkan planet-planet terutama yang dihuni mahluk hidup sepert planet bumi.

Bisa saja kita tidak perlu memperdebatkan kisah film fiksi ilmiah Moonfall lebih banyak fiksinya atau ilmiahnya atau malah tidak kedua-keduanya akibat sulit masuk akal “sehat”.

Perdebatan tentang science-fiction memang lazimnya mubazir sebab di satu sisi kita tidak bisa membuktikan kebenarannya, namun di sisi lain kita atau minimal saya juga tidak bisa membuktikan ketidak-benarannya seperti terhadap kasus kecepatan cahaya konon 299.792.458 meter per detik atau polemik bukti ilmiah antara dokter Terawan versus IDI.

Khayalan Jules Verne pada tahun 1865 tentang manusia terbang kemudian mendarat di rembulan juga semula dianggap oleh mereka yang merasa berakal sehat sebagai halu belaka.

Ketimbang memubazirkan enerji lahir batin untuk berdebat tentang Moonfall khayalan Ronald Emmerich adalah lebih bijak kita abaikan saja film besutan Ronald Emmerich meski dibintangi Halle Berry itu.

Sama sekali tidak ada keharusan apalagi paksaan bagi siapa pun untuk menonton film Moonfall.

Masih begitu banyak ihwal lebih perlu diperdebatkan seperti, misalnya, kenaikan harga minyak goreng atau bagaimana cara melunaskan utang sebesar lebih dari tujuh kuadrilun rupiah serta dari mana kita memperoleh dana untuk membiayai pembangunan IKN. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com