KOMPAS.com - Sejumlah mitos terkait varian Omicron beredar seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.
Virus corona varian Omicron menyebar dengan cepat dan membuat lonjakan kasus infeksi dalam beberapa minggu terakhir.
Berikut ini penjelasan dari Kemenkes RI terkait mitos varian Omicron.
Baca juga: Beda Gejala Omicron dengan Flu, dan Cara Mencegah Tertular Omicron
Dikutip dari Instagram resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, berikut mitos dan fakta varian Omicron:
1. Mitos: Omicron hanya menimbulkan gejala ringan
Fakta: Meskipun penyebaran lebih cepat, gejala Omicron tidak separah varian Delta. Tapi bagi lansia, orang dengan kormobid, dan orang yang belum divaksinasi infeksi varian Omicron tetap berpotensi kematian.
2. Mitos: Vaksin tak mempan lumpuhkan Omicron
Fakta: Vaksin menjadi proteksi terbaik melawan Omicron. Data menunjukkan 60 persen pasien Omicron di Indonesia yang meninggal dunia belum pernah divaksinasi.
3. Mitos: Orang yang belum divaksinasi tidak akan bergejala parah akibat Omicron
Fakta: Orang yang belum divaksinasi justru yang paling renta tertular Omicron. Pasien Omicron di rumah sakit kebanyakan adalah yang belum di vaksin.
4. Mitos: Omicron tak bisa menginfeksi orang yang sebelumnya pernah terkena Covid-19.
Fakta: Orang yang pernah positif Covid-19 juga bisa terkena Omicron. Vaksin sangat dianjurkan untuk menghindari gejala parah.
5. Mitos: Penggunaan masker tak bisa cegah penularan Omicron.
Fakta: Pencegahan terbaik dari tertular Omicron adalah disiplin protokol kesehatan, termasuk memakai masker, mencuci tangan dan mengurangi mobilitas, serta vaksinasi.
Lihat postingan ini di Instagram
Baca juga: Luhut: 69 Persen Kasus Covid-19 Meninggal Belum Divaksin