Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecanduan: Sekadar Pilihan Hidup ataukah Penyakit?

Kompas.com - 09/01/2022, 13:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Kecanduan merujuk pada perilaku sangat menyukai sesuatu hingga kita kehilangan kontrol akan hal tersebut.

Seseorang yang mengalami kecanduan, tak akan memiliki kontrol atau kendali atas apa yang mereka lakukan atau konsumsi.

Banyak hal yang bisa membuat candu. Mulai dari makanan, minuman, teknologi, hobi, hingga barang-barang terlarang seperti obat dan narkotika.

Kecanduan erat kaitannya dengan dopamin, atau hormon kebahagiaan yang dikeluarkan otak.

Diawali dengan keingitahuan akan sesuatu, mencobanya dan ternyata suka sehingga otak mengeluarkan dopamin, dan kemudian tubuh akan terus menagih sensasi dopamin yang ada dengan terus mengulang kebiasaan atau pengonsumsian hal-hal tertentu.

Baca juga: 5 Faktor Mengapa Game Bisa Membuat Kecanduan Pemainnya

Apakah kecanduan adalah penyakit?

Melansir dari American Addiction Centers, beberapa organisasi ilmuwan di Amerika menyebut kecanduan sebagai penyakit.

Hal ini didasari beberapa faktor. Salah satunya, karena kecanduan mengubah respon otak dalam berbagai situasi yang mencakup penghargaan diri, stres, dan kontrol diri.

Ilustrasi kecanduan bermain ponsel.Shutterstock Ilustrasi kecanduan bermain ponsel.
Kecanduan bahkan disejajarkan dengan penyakit jantung, dilihat dari risiko dan efek jangka panjangnya. 

Baik kecanduan maupun penyakit jantung mengubah respon dari organ penting dalam tubuh. Gangguan jantung mengubah kondisi jantung, dan kecanduan mengubah respon otak.

Keduanya, juga sama-sama bisa menurunkan kualitas hidup dan bukan tak mungkin, meningkatkan risiko kematian dini.

Hal ini lantaran baik penyakit jantung dan kecanduan sama-sama dikoneksikan dengan pola hidup yang kurang sehat sehingga bisa menurunkan kualitas hidup.

Meski begitu, keduanya juga sama-sama bisa ditangani dengan terapi tertentu untuk mencegah kerusakan di masa depan.

Namun dalam situs NCBI, kecanduan tak bisa dimasukkan dalam golongan penyakit lantaran tidak menular, tak mengganggu sistem imun, tidak bersifat degeneratif dan tidak menyebabkan trauma.

Baca juga: 6 Cara Mengatasi Kecanduan Kopi

Cara mengatasi kecanduan

Mengatasi kecanduan bisa ditempuh dalam banyak jalur terapi, disesuaikan dengan faktor apa yang menyebabkan candu.

Jika kecanduan terhadap obat dan alkohol, maka Anda sebaiknya meminta bantuan profesional dan bergabung ke dalam support group yang bisa menolong Anda melepas kecanduan yang ada.

Jika kecanduan yang terjadi terkait pada faktor yang lebih sederhana seperti kafein, Anda bisa melakukan terapi pemulihan sendiri di rumah.

Melansir dari Very Well Mind, kecanduan kafein menjadi masalah jika sudah menimbulkan berbagai kerusakan pada tubuh, baik kesehatan atau hubungan sosial, dan Anda tetap tak bisa menghentikan kecanduan yang ada.

Kebanyakan kafein sendiri memang bisa membahayakan tubuh, meningkatkan tekanan darah, melahirkan anxiety dan mengganggu irama jantung.

Anda bisa mengurangi konsumsi kopi secara perlahan-lahan untuk mengurangi kecanduan ini. Jangan langsung menghentikan pengonsumsian secara drastis karena akan bisa menimbulkan reaksi withdrawal yang tak menyenangkan.

Baca juga: Cara Mengatasi Tremor dan Anxiety karena Efek Kebanyakan Kafein

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com