OLEH: Nur Ithrotul Fadhilah dan Brigitta Valencia Bellion
FASE dewasa dimulai saat kita merasakan berbagai persoalan dalam kehidupan. Persoalan tersebut dapat berupa percintaan, karier, atau kehidupan sosial.
Hal tersebut biasanya menimbulkan kebimbangan, kegalauan, hingga ketakutan.
Dari situ, kemudian mulai terdengar istilah quarter life crisis atau krisis seperempat abad.
Dalam Penelitian yang berjudul “Halfway Between Somewhere and Nothing: an Exploration of the Quarter Life Crisis and Life Satisfaction Among Graduate Students”, Black menjelaskan bahwa quarter life crisis adalah kondisi krisis emosional yang terjadi pada individu berusia 20-an.
Kondisi ini memiliki karakteristik perasaan tak berdaya, terisolasi, ragu akan kemampuan diri sendiri, serta takut akan kegagalan.
Apabila kondisinya semakin buruk, krisis ini juga bisa mengarah ke depresi hingga gangguan psikis lainnya.
Hal tersebut juga dirasakan oleh Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompascom, saat tengah menempuh studi di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STFD).
Saat itu menjadi titik penting dalam hidupnya. Dengan belajar filsafat, ia dapat mempertanyakan segala sesuatu termasuk keimanan.
“Banyak orang yang belajar filsafat kalau tidak sanggup menginternalisasi pengalaman dan mengkonfrontasi apa yang terjadi, itu orang bisa mempertanyakan segala hal,” terang Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com dalam siniar BEGINU X Soleh Solihun bertajuk “Wisnu Nugroho dan Quarter Life Crisis”.
Inu, sapaan akrab Wisnu Nugroho, saat itu berkeinginan menjadi pastor karena ingin bermanfaat bagi banyak orang dengan mengabdikan diri pada umat.
Hal tersebut lantas membuatnya berkuliah di STFD setelah lulus dari sebuah seminari.
Saat menjadi mahasiswa, ia mengalami quarter life crisis berupa mempertanyakan cita-cita dan hal yang telah dijalani olehnya.
Baginya, filsafat dapat membedah hidupnya hingga ia merasa termurnikan. Beberapa hal yang ia jalani tapi tidak sungguh-sungguh, akhirnya ditinggalkan, termasuk keinginannya menjadi pastor.
Momen itu berlangsung saat Inu membantu sebuah acara di gereja. Dalam kegiatan tersebut, ia merasa bahwa pastor bukanlah tujuan akhirnya.