Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Jangan Lupakan Ibumu... Ibumu... Ibumu

Kompas.com - 22/12/2021, 13:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bidadari dunia yang selalu mendekapku sejak kecil. Terima kasih Ibu.

KISAH Rumini (28) yang ditemukan tewas berpelukan dengan ibunya yang bernama Salamah (70) pascaerupsi Gunung Semeru menyapu kediaman mereka di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur pada 4 Desember 2021 masih menyiratkan duka yang mendalam.

Kisah tragis tetapi sarat dengan sisi kemanusian, begitu gamblang terlihat betapa kasih sayang antara anak dan ibu, tidak akan lekang oleh maut sekalipun. Ibu dan anak perempuannya, yang juga ibu dari anaknya, menjadi bukti penaut cinta kasih tak bertepi.

Bayangkan, betapa besar peluang Rumini untuk selamat dengan tenaganya yang masih kuat di usianya yang masih muda. Dia bisa berlari, menyelamatkan diri agar terhindar dari bahaya erupsi.

Baca juga: Ucapan Selamat Hari Ibu 22 Desember, Gambar, dan Twibbon Hari Ibu 2021

Rumini memilih “tabah hingga akhir” sebagia bukti baktinya kepada ibu yang melahirkannya. Dia tidak memilih menyelamatkan diri tetapi pasrah menghadapi erupsi. Tetap bersama ibunya yang memang tidak sanggup berjalan karena faktor usia.

Padahal, Salamah berulang kali telah meminta Rumini untuk meninggalkan dirinya, lari menyelamatkan diri bersama suami dan anak tunggalnya. Suami dan anaknya berhasil selamat walau menderita luka bakar.

Selang dua hari setelah erupsi, jenasah Rumini dan Salamah ditemukan warga dalam posisi saling berpelukkan di bawah reruntuhan puing-puing rumahnya (Kompas.com, 6 Desember 2021).

Perjuangan berat seorang ibu membesarkan anak-anaknya menjadi keseharian di banyak tempat. Tak terkecuali di Desa Sau Sina, Kecamatan Kewapanten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Elizabeth Gentia (58) harus giat menenun sarung agar hasil penjualannya bisa untuk menghidupi ketiga anaknya yang bergizi buruk.

Suami Elizabeth, Yakobus Anselmus (70) sudah tidak kuat lagi mengolah kebun sehingga jerih payah Elizabeth menjadi tumpuan utama keluarga miskin tersebut untuk bertahan hidup.

Hidup dengan menggantungkan hasil jualan tenun sarung tidaklah besar. Demi menghemat pengeluaran untuk mengakali bantuan dari pemerintah yang minim, keluarga ini rutin mengkonsumsi ubi dan pisang saja (Inews.id, 12 September 2021).

Lain lagi kisah seorang ibu single parent yang membesarkan 12 orang anaknya. Perempuan hebat ini bernama Nafisah dari Palembang, Sumatera Selatan. Dasyatnya lagi, 10 dari 12 anaknya, berprofesi sebagai dokter. Salah satunya rekan saya di Universitas Indonesia (UI) yang menjadi guru besar Fakultas Kedokteran UI dengan spesialis penyakit dalam, Prof.Dr. dr. Idrus Alwi, Sp.PD-KKV., FACC, FESC, FAPSIC, FINASIM.

Sejak ditinggal wafat suaminya di tahun 1996, Nafisah berjibaku membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang. Tidak ada pukulan dan bentakan dalam mendidik “selusin” anak di rumah karena semua anaknya mengerti dengan perjuangan ibunya.

ilustrasi Hari Ibu oleh Pixabay.Pexels.com ilustrasi Hari Ibu oleh Pixabay.
Agar tidak berat dalam membiayai kuliah anak-anaknya, diberi motivasi anak-anaknya untuk kuliah di perguruan tinggi negeri agar biaya kuliahnya bisa terjangkau. Jika 10 anak-anaknya memilih kedokteran, karena kakak-adik bersepupuluh itu saling pinjam meminjam buku kedokteran sehingga bisa menghemat.

Tentu saja ini seloroh dari Ibu Nafisah yang super woman. Dua anaknya yang lain berprofesi di bidang teknik kimia dan desain interior (Merdeka.com, 28 Mei 2020).

Kilas sejarah Hari Ibu

Entah sudah berapa puluhan kali Hari Ibu telah kita lewati tanpa makna dan tanpa kesan mendalam. Peringatan Hari Ibu menjadi ritual tahunan yang rutin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com