Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Fajar Merah, Pasifisme, dan Koneksi yang Dibangun Lewat Puisi Wiji Thukul

Kompas.com - 30/11/2021, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Intania Ayumirza FP dan Brigitta Valencia Bellion

ANAK adalah cerminan dari orang tuanya. Sebagian dari tutur, laku, minat, dan keterampilan alamiah orangtua, dengan atau tanpa usaha, akan turun kepada anaknya. Tidak terkecuali bagi Wiji Thukul dan anak keduanya, Fajar Merah. Walau terpaksa berpisah kala sang anak berusia balita, bagian diri Thukul masih terasa hadir dalam darah seni yang ia alirkan kepada Fajar.

Fajar yang saat ini berusia 27 tahun, mendirikan sebuah grup musik bernama Merah Bercerita. Grup ini menghidupkan puisi Thukul menjadi lagu-lagu dengan judul yang sama. Merah Bercerita tercatat telah merilis dua album bertajuk Nyanyian Sukma Lara dan Merah Bercerita.

Ketika diwawancarai oleh Kepala Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam siniar (podcast) BEGINU, Fajar berterus terang soal alasannya memilih musik sebagai sarana berekspresi.

Semasa duduk di bangku SMA, ia mengaku senang mendengarkan lagu dari grup musik grunge asal Amerika Serikat, Nirvana.

Menurutnya, menarik bagaimana lagu-lagu yang dinyanyikan tidak memedulikan pola-pola tertentu dalam penyusunan liriknya.

"Jujur aku enggak bisa bahasa Inggris, gitu loh. Ngobrol sama temanku yang bisa bahasa Inggris terus aku suruh terjemahin apa yang terdapat di liriknya. Mengapa mereka enggak peduli dengan rima, gitu loh. Enggak harus A-B-A-B, A-A-A-A, lain-lain gitu loh. Tapi kenapa itu enggak bisa diaplikasikan di bahasa Indonesia?" tutur Fajar.

Pertanyaan itu terus bertengger di benaknya Fajar hingga ia menemukan sejumlah musisi lokal yang menjawab keingintahuannya tersebut. Di antaranya ialah grup musik yang tidak jarang menyuarakan kritik sosial, seperti Efek Rumah Kaca, Dialog Dini Hari, dan Jenny yang kini bernama Festivalist. Dari sana, Fajar mulai terinspirasi untuk memusikalisasi puisi-puisi Thukul.

Koneksi dengan puisi sang ayah

"Sebagai orang awam yang bahkan sama sekali belum pernah mendengarkan seperti apa puisi itu jika dijadikan lagu, itu (Fajar) sudah merasa pantas untuk membuat pilihan untuk puisi Bunga dan Tembok itu untuk dijadikan sebuah lagu," terang Fajar yang mengaku merasakan koneksi ketika membaca tulisan mendiang ayahnya.

Dari Bunga dan Tembok, pria kelahiran tahun 1993 ini ketagihan untuk menciptakan karya lainnya. Khusus lagu yang satu ini, ia memilah kembali kalimat-kalimat yang dimasukkan dengan pertimbangan agar bisa dimaknai sesuai interpretasi setiap pendengarnya.

Berbeda dengan makna asli dari puisi tersebut yang mengarah pada drama politik dan dinamika kehidupan sosial, Fajar sendiri mengaitkan Bunga dan Tembok dengan perang batin yang seringkali ia lalui. Walau dalam konteks pemaknaan yang berbeda dengan sang ayah, ia berpendapat bahwa keduanya sama-sama mendambakan perubahan.

"Menurutku ini sesuatu yang luar biasa, gitu. Tapi aku pengin lagu ini didengar dari semua orang, untuk semua orang yang mungkin mempunyai makna lain yang sama seperti aku memaknai puisi ini," ucapnya.

Pasifisme

Berbanding terbalik dengan Thukul yang banyak terlibat dalam aktivisme, saat ini Fajar menempuh jalan yang berbeda. "Aku itu manusia yang sangat-sangat pasif. Aku bergerak dalam diam," sebut Fajar. "Kita sama-sama melakukan perubahan. Tapi mana mungkin perubahan itu bisa terjadi tanpa kita merubah diri kita sendiri," tambahnya.

Namun, dalam dirinya, Fajar bercita-cita untuk menjadi sosok yang menguasai isu besar dalam bingkai perbincangan yang ringan dan mudah dimengerti oleh masyarakat.

"Aku juga mencita-citakan untuk menjadi seorang aktivis yang sangat berpengaruh dan aku mampu menguasai bagaimana cara berinteraksi dengan orang-orang yang, tidak harus kita ngomong panjang lebar soal hal besar itu," terangnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com