Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Molnupiravir dan Paxlovid, Dua Obat yang Diklaim Ampuh untuk Covid-19

Kompas.com - 09/11/2021, 09:06 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pil antivirus Molnupiravir yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck, diklaim mampu mengurangi separuh risiko kematian atau rawat inap akibat Covid-19.

Molnupiravir juga telah mendapatkan persetujuan Inggris sebagai obat Covid-19 pertama yang bisa diminum.

Persetujuan Inggris dikeluarkan pada Kamis (4/11/2021), dan menjadikannya negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaannya.

Selain Molnupiravir, ada lagi obat Covid-19 yang diklaim efektif, yakni Paxlovid buatan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer.

Perusahaan mengeklaim Paxlovid mengurangi resiko rawat inap atau kematian hingga 89 persen bagi orang dewasa yang berisiko penyakit parah.

Baca juga: Molnupiravir Diklaim Ampuh Obati Covid-19, Ini Kata Epidemiolog

Berikut selengkapnya mengenai Molnupiravir dan Paxlovid:

Mengenal apa itu molnupiravir

Obat Covid-19 molnupiravir yang diproduksi perusahan farmasi Merck. Obat antivirus ini dilaporkan dapat menekan risiko masuk rumah sakit atau kematian karena Covid-19 hingga 50 persen. Obat ini pun sudah dilirik banyak negara, termasuk Indonesia.MERCK Obat Covid-19 molnupiravir yang diproduksi perusahan farmasi Merck. Obat antivirus ini dilaporkan dapat menekan risiko masuk rumah sakit atau kematian karena Covid-19 hingga 50 persen. Obat ini pun sudah dilirik banyak negara, termasuk Indonesia.

Diberitakan Antara, 9 Oktober 2021, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Zullies Ikawati menjelaskan bahwa informasi mengenai Molnupiravir sebenarnya telah beredar sejak Maret hingga April 2020.

Molnupiravir disebut memiliki efek hingga 100 persen saat uji klinis fase tiga, kemudian bila berjalan dengan baik, obat ini disebut-sebut akan tersedia di pasar dalam waktu 4 sampai 5 bulan.

Pasien bisa minum obat sendiri di rumah, dan sembuh dalam 5 hari, sehingga sangat nyaman digunakan sama seperti mengobati flu biasa seperti sekarang.

"Sangat menjanjikan bukan? Nah, pada awal Oktober 2021, informasi tentang obat itu kembali mengemuka, setelah perusahaan farmasi Merck melaporkan pada lamannya perkembangan uji klinik obat tersebut, yang disebut-sebut hasilnya cukup menjanjikan," kata Zullies.

Baca juga: Tidak Perlu PCR, Ini Syarat Terbaru Naik Kereta Api Jarak Jauh

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com