Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Serba-serbi Diplomasi Kaus Oblong ala Ganjar Pranowo

Kompas.com - 02/11/2021, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Intania Ayumirza dan Brigitta Valencia Bellion

KECAKAPAN dalam berdiplomasi tidak melulu soal talenta atau kebiasaan. Bisa jadi, pakaian yang kita kenakan adalah media yang efektif untuk menyampaikan pesan dengan cara yang nonkonvensional.

Kita akrab dengan ungkapan you are what you wear, preferensi seseorang dalam bermode memiliki kaitan erat dengan persona dirinya. Apa yang menjadi pilihan dalam bergaya sedikit banyak dipengaruhi oleh cara pandang, selera, minat, pilihan dalam hidup, hingga kesan tertentu yang ingin dibangun.

Tidak terkecuali pada salah satu tipe pakaian yang dimiliki bahkan dikenakan sehari-hari oleh hampir setiap orang, kaus oblong (t-shirt). Simpel dan kasual, kaus oblong dapat--walau tidak selalu--memuat beragam jenis grafis atau tulisan yang tidak terpisahkan dari jati diri pemakainya.

Entah muatan tersebut bernada candaan, bermakna dalam, atau menyisipkan kampanye, pada intinya ia merefleksikan sebuah pesan yang kemudian mampu meraih perhatian siapa pun yang melihatnya.

Sebuah penelitian pada 2018 mengungkapkan bahwa tulisan atau grafis pada kaus yang dikenakan seseorang dapat membuat orang lain tanpa sadar membangun persepsi tertentu terhadap orang yang mengenakannya tersebut.

Lebih jauh diterangkan, persepsi yang lahir dari grafis atau tulisan tersebutlah yang kemudian memengaruhi keputusan untuk berinteraksi dengannya. Studi ini membandingkan antara seseorang yang memakai kaus polos, kaus bergaya atletik, kaus bernada kutu buku, dan kaus yang mengandung pesan seksualitas.

Hasilnya menampakkan responden memiliki kecenderungan untuk menghindari interaksi dengan subjek yang mengenakan kaus berbau seksual.

Ganjar Pranowo dan kaus oblong

Di dunia nyata, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo secara tidak sadar ternyata merealisasikan teori tersebut. Kaus oblong, fashion statement favoritnya, dipilih sebagai salah satu cara dalam mendiplomasikan pesan kepada masyarakat.

Citra pejabat yang erat dengan hal-hal formal, termasuk dalam hal berpenampilan di depan publik, pun dipatahkannya melalui kecintaan pada pakaian ini. Tidak jarang ia ditemui dalam kesehariannya ketika bersepeda, menghadiri acara, atau mengunjungi masyarakat, dalam balutan penampilan santai berkaus oblong.

Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat ini berkata bahwa saat ini ia memproduksi kaus dalam jumlah banyak karena masyarakat meminatinya. Padahal, awalnya hanya dibuat untuk koleksi pribadi. Kaus yang dikenakan Ganjar bukanlah sembarang kaus, melainkan yang dilengkapi dengan pesan tertentu yang tercetak di atasnya.

Ora salaman tetep seduluran, artinya walau tidak berjabat tangan, tetap berteman. Pesan untuk menghindari kontak langsung selama masa pandemi Covid-19 ini adalah contohnya.

Pesan dari sosok yang berpengaruh seperti pejabat tidak melulu harus disampaikan lewat pidato di atas podium, lengkap dengan pakaian formal, dan, "Pembukaan pidatonya banyak ‘yang terhormat’," canda Ganjar.

"Diplomasi kaus oblong itu menurut saya paling menarik. Bisa dipakai, bisa gaul," katanya.

Dalam satu kesempatan, ketika menggunakan kaus berbunyi nyedhak keplak yang berarti "ditampar kalau mendekat", masyarakat pun dapat berguyon.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com