Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Meradang Akibat Menanti Nobel

Kompas.com - 25/10/2021, 10:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBENARNYA niat saya menulis naskah Menanti Nobel untuk Indonesia (Kompas.com 16 Oktober 2021) hanya mengungkap harapan bahwa pada suatu hari penghargaan Nobel akan dianugerahkan kepada seorang warga Indonesia.

Harapan saya sempat kandas setelah nominasi Pramudya Ananta Toer digugurkan akibat pertimbangan politis pada masa rezim Orba sedang berkuasa.

Dosa

Sayang dalam terhanyut arus antusiasme saya telanjur berbuat dosa dengan menyebut nama Rizal Ramli, Feisal Basri, Kwik Kian Gie, Dewi Kartika, Sri Palupi, Sandyawan Sumardi, Sumarsih, Hersubeno Arief, Rocky Gerung, Refli Harun sebagai warga Indonesia yang layak memperoleh anugerah Nobel.

Langsung naskah Menanti Nobel untuk Indonesia dihujat mereka yang tidak setuju para tokoh yang saya sebut itu menerima anugerah Nobel.

Saya lalai memperhatikan bahwa nama-nama warga Indonesia saya sebut tersebut kebetulan memang masing-masing memiliki beban politis sama halnya dengan para Nobel laurate seperti Martin Luther King, Rigoberta Menchú Tum, Nelson Mandela, Aung San Syu Ki, Boris Pasternak, Aleksandr Solzhenitsyn, Liu Xiaobo, Malala Yousafzai.

Maka saya lalai memperhitungkan jika Martin Luther King, Rigoberta Menchú Tum , Nelson Mandela, Aung San Syu Ki, Boris Pasternak, Aleksandr Solzhenitsyn, Liu Xiaobo, Malala Yousafzai telah terbukti membuat pihak yang berseberangan kubu politik menderita peradangan kelas berat pada kalbu mereka.

Menebus dosa

Maka kini saya berusaha menebus dosa saya dengan pada naskah sederhana ini saya mengungkap pendapat saya bahwa Sri Mulyani Indrawati, Puan Maharani, Benny Susetyo, Ganjar Pranowo, Ali Muchtar Ngabalin, Denny Siregar, Ade Armando layak menerima anugerah Nobel.

Saya sadar kini saya harus menghadapi risiko kenyataan bahwa para pihak yang berseberangan kubu politik dengan Sri Mulyani Indrawati, Puan Maharani, Benny Susetyo, Ganjar Pranowo, Moeldoko, Denny Siregar, Ade Armando akan meradang.

Namun resiko bahwa senantiasa ada warga Indonesia tidak suka apabila ada warga Indonesia dianggap layak memperoleh anugerah Nobel tidak memudarkan semangat saya menanti anugerah Nobel untuk Indonesia.

Sejauh mengharap belum dilarang undang-undang maka selama hayat masih dikandung badan insya Allah saya akan masih mampu lanjut mengharapkan bahwa pada suatu hari nanti akan ada warga Indonesia memperoleh anugerah Nobel. Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com