Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Flu Burung H10N3 pada Manusia Ditemukan di China, Ini Imbauan Kemenkes

Kompas.com - 04/06/2021, 11:35 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus flu burung H10N3 yang menginfeksi seorang pria berusia 41 tahun di Provinsi Jiangsu Timur, China, menjadi perhatian dunia.

Sebab, varian jenis ini belum pernah terdeteksi sebelumnya. Kasus ini adalah kasus pertama pada manusia.

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menyebutkan, ada banyak jenis flu burung yang ditemukan di China, dan semuanya merupakan varian yang berbeda.

Beberapa di antara virus ini secara sporadis menginfeksi orang, khsuusnya mereka yang bekerja dengan unggas.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Flu Burung H10N3

Imbauan Kemenkes

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes masih memantau perkembangan varian virus flu burung H10N3.

"Jadi kalau flu burung termasuk H10N3 ini, varian-variannya dipantau terus melalui whole genome sequencing (WGS) juga di kita, selain varian Covid-19," ujar Nadia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/6/2021).

Menurut dia, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada varian baru dari virus influenza.

"Kalau untuk H10N3 ini kan jelas penyakit zoonotik yang artinya menginfeksi manusia, penularannya melalui hewan/unggas dalam hal ini burung, ayam, itik," lanjut Nadia.

Ia menyebutkan, Kemenkes sudah memiliki surveilans yang melibatkan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak adanya kasus flu burung.

Baca juga: Muncul Kasus Pertama pada Manusia, Apa Itu Flu Burung H10N3?


Sinergi ini yang disebut sebagai strategi one health.

"Kewaspadaan saat ini adalah pada kasus kematian yang banyak pada ternak ayam yang harus dilakukan pemeriksaan, apakah ada virus baru dari varian flu burung," ujar Nadia.

"Jadi, ini surveilans dari dua pihak tapi terutama kejadian pada manusia umumnya dimulai outbreak pada hewan ternak atau unggas liar yang dimonitor oleh dua kementerian/lembaga," lanjut dia.

Oleh karena itu, Nadia mengimbau kepada jajaran pemerintah dan masyarakat bisa mengantisipasi atau lebih waspada jika ada kasus ternak yang mati mendadak dalam jumlah besar.

Bagi mereka yang menderita atau telah terinfeksi flu setelah mengolah bahan pakan unggas atau peternak unggas juga perlu meningkatkan kewaspadaan.

Untuk langkah pencegahan, Nadia menyarankan agar melakukan desinfeksi peternakan secara berkala.

Pencegahan dari CDC

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menyarankan, cara terbaik untuk mencegah infeksi virus flu burung A adalah dengan menghindari sumber virus.

Untuk orang yang pernah kontak dengan unggas yang terinfeksi dapat diberi obat antivirus sebagai pencegahan.

Saat digunakan untuk mencegah influenza musiman, obat antivirus ini dinilai efektif 70 persen sampai 90 persen.

Hingga kini, CDC merekomendasikan inhibitor neuraminidase untuk pengobatan infeksi manusia dengan virus flu burung A.

Baca juga: Muncul Kasus Flu Burung H10N3 pada Manusia di China, Ini Cara Penularan dan Gejalanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com