Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Keluarga, Teknologi Baru, dan Visi Indonesia Emas

Kompas.com - 23/05/2021, 12:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAK 1994 silam, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 15 Mei, sebagai Hari Keluarga Internasional (HKI). Untuk tahun ini, PBB mengajak seluruh warga dunia untuk memperingati HKI di bawah tema 'Keluarga dan Teknologi Baru'.

Tampaknya, lewat tema tersebut PBB ingin mendorong kita untuk meningkatkan kesadaran akan teknologi baru yang mendukung transisi menuju pembangunan berkelanjutan, dan bahwa teknologi digital itu memainkan peran penting dalam kehidupan keluarga dan perkembangan sosial serta kesejahteraan semua.

Secara lebih khusus PBB ingin mendorong para pengambil keputusan dan kebijakan supaya merumuskan program yang kongkret untuk membantu keluarga-keluarga menyiasati tantangan yang ditimbulkan oleh ekspansi cepat teknologi baru.

PBB juga menghendaki agar pemerintah, organisasi non pemerintah dan invidu-indvidu untuk lebih aktif membuat penelitian dan menyajikan hasil penelitian terkini tentang potensi teknologi komunikasi dan informasi untuk memberdayakan orang tua dalam menjalankan tanggung jawab parenting education.

Selanjutnya PBB menginginkan semua pihak perlu melakukan inovasi agar teknologi baru dapat dijadikan sebagai alat pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat luas; saling memperingatkan dampak negatif teknologi baru pada anak-anak dan keluarga; dan berbagi praktik yang baik dalam memanfaatkan teknologi digital untuk urusan parenting education, pendidikan di sekolah, dan segala kegiatan demi kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

Kedudukan keluarga

MichaeL John Fox, seorang aktor berkebangsaan Kanada yang memenangi tiga Emmy Award dan Golden Globe Award pernah berkata begini: “Keluarga bukanlah hal yang terpenting. (Tetapi) keluarga adalah segalanya."

Pernyataan Fox mengingatkan kita kembali bahwa hampir setiap individu telah menghabiskan masa paling formatif kita (0-10 tahun) bersama dengan keluarga. Keluarga kemungkinan besar adalah orang-orang terpenting dalam hidup kita.

Oleh karena itu, keluarga harus dirayakan; harus disyukuri dan dihormati. Jadi, sangat beralasan kita mengisi hari-hari hidup kita untuk menemukan cara melindungi unit keluarga dalam masyarakat dengan memulainya dari rumah kita sendiri.

Dalam perspektif Islam misalnya, tujuan pembentukan keluarga adalah untuk menciptakan kehidupan yang sakinah (damai dan bahagia), mawaddah (penuh cinta) dan warahmah (diberkati).

Mendukung dan memperkuat lembaga keluarga merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan individu.

Dalam konteks hidup bernegara, ideologi Pancasila dan Konsitusi/UUD 1945 serta Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016, menjamin hak setiap warga negara untuk membangun keluarga dan mendidik anak-anak dengan nilai-nilai luhur untuk membentuk bangsa yang dinamis, dengan rasa kebersamaan yang kuat, terbuka pada keberagaman dan siap untuk berdialog, bijak dalam mengambil keputusan, dan mampu memahami kemajuan.

Teknologi baru bermuka dua

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi baru itu bermuka dua. Pada satu sisi, teknologi baru memudahkan anggota keluarga dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari, memfasilitasi perawatan kesehatan keluarga, memfasilitasi anggota keluarga dalam menjalankan pekerjaan dan meraih sumber pendapatan bagi keluarga; memastikan kelangsungan pendidikan anak selama berada di rumah dan di sekolah, serta membantu pengasuhan anak saat orang tua bekerja.

Bahkan, selama pandemi Covid-19, teknologi baru telah menjadi penyokong utama kegiatan bekerja dari rumah (working from home), belajar secara daring, termasuk beribadah dari rumah.

Namun, pada sisi lain, bersama dengan megatren lainnya seperti pergeseran demografis, urbanisasi dan migrasi yang massif, serta perubahan iklim yang dramatis, teknologi baru justru membentuk gaya hidup dan cara bersikap/berperilaku dengan dampak buruk yang sulit diprediksi bagi masa depan generasi muda.

Salah satu fenomena yang kian mencengangkan adalah bahwa sekarang ini semakin banyak keluarga yang “terjajah” oleh teknologi baru, terutama yang memuat platform media sosial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com