Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Belajar Kearifan Ibadah Puasa dari Gus Dur

Kompas.com - 12/04/2021, 08:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP kali bulan suci Ramadhan tiba, saya selalu teringat kepada kearifan toleransi antar umat beragama selaras dengan makna adiluhur terkandung pada sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila ke tiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia mau pun semangat kebersamaan di dalam perbedaan yang terkandung di dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Menghormati dan menghargai

Maka setiap bulan suci Ramadhan tiba, saya mewajibkan diri saya sebagai insan yang kebetulan tidak menunaikan ibadah puasa untuk menghormati serta menghargai sesama warga Indonesia dan sesama manusia yang menunaikan ibadah Puasa.

Saya memang mengagumi makna adiluhur bulan suci Ramadhan yang juga tersirat di dalam falsafah Jihad Al Nafs yaitu menaklukkan hawa nafsu bukan orang lain tetapi justru diri sendiri.

Menurut saya perjuangan mendisiplinkan lahir-batin diri sendiri merupakan ajaran hakiki yang terkandung di dalam ibadah puasa.

Para ilmuwan kedokteran Barat juga sudah sepakat dalam mengakui bahwa puasa memiliki peran dan potensi sangat penting dalam merawat kesehatan manusia sama sekali terlepas dari agama apa pun.

Sudah terbukti secara medis-klinis bahwa menunaikan puasa berkhasiat menstabilkan tekanan darah serta kadar gula pada darah manusia. Berarti puasa secara terkendali sangat berdayaguna untuk merawat kesehatan para penyandang hipertensi dan diabetes.

Gus Dur

Secara khusus dari Gus Dur, saya memeroleh warisan tambahan kearifan tentang makna puasa untuk menjalin hubungan sosial setiap insan manusia dengan lingkungan sosial masing-masing.

Dari Gus Dur saya memperoleh warisan kesadaran mengenai pada hakikatnyta belum cukup bahwa seorang yang tidak menunaikan ibadah puasa hukumnya wajib menghargai dan menghormati sesama warga yang menunaikan ibadah puasa.

Menurut Gus Dur, toleransi antar umat beragama belumlah lengkap secara psikososial apabila belum ditambah dengan kearifan seorang yang menunaikan ibadah puasa hukumnya wajib menghargai dan menghargai sesama warga yang tidak menunaikan ibadah puasa.

Gus Dur menyadarkan saya bahwa toleransi antar umat beragama tidak cukup satu arah namun justru dua arah demi saling menghargai dan saling menghormati. Marhaban ya Ramadhan. Selamat menunaikan ibadah puasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com