KOMPAS.com - Fenomena hujan es di Yogyakarta dan Sleman ramai dibicarakan warganet sejak Rabu (3/3/2021) siang.
Di media sosial Twitter, hujan es dilaporkan terjadi di beberapa daerah antara lain Turi, Kotabaru, Jetis, Lempuyangan, dan beberapa daerah lainnya di Yogyakarta.
Warganet membagikan video hujan es di Twitter. Beberapa menunjukkan es sebesar kelereng di tangan mereka.
Berikut beberapa di antaranya:
13: 15 [Breaking News] Hujan Es terjadi di Girikerto Turi Sleman.
Semoga baik baik saja ????
— IG: Merapi_Uncover (@merapi_uncover) March 3, 2021
. pic.twitter.com/RwEJNG1n2N
Hari ini Rabu (3/3/2021) pukul 13:45 di Kota Jogja sekitar wilayah UGM telah terjadi hujan es. Source: nagitanav
Lempuyangan | Tugu pic.twitter.com/ey1gqgKhNa
— Jogjative (@jogjative) March 3, 2021
Yang dijalan hati hati lur
via febriiaansyaah pic.twitter.com/9kTxsmN9Ni
— Jogja24Jam (@Jogja24Jam) March 3, 2021
Seperti apa penjelasan soal fenomena hujan es di Yogyakarta?
Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Reny Kraningtyas menjelaskan, hujan es masih berpotensi terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Hampir sebagian besar wilayah DIY dapat terjadi hujan es jika kondisi dinamika atmosfer memenuhi syarat," ujar Reny, kepada Kompas.com, Kamis (4/3/2021).
Hujan es yang terjadi pada Rabu kemarin merupakan dampak pertumbuhan awan Cumulonimbus lebih dari 10 kilometer.
Dia menjelaskan, hujan es tersebut bersifat sangat lokal dengan radius sekitar 2 km.
Reny mengatakan, hujan es adalah fenomena alam biasa yang terjadi bersamaan dengan hujan lebat.
Baca juga: Hujan Es Disertai Angin Lebat di Yogyakarta, Ini Daerah yang Terdampak
Saat udara hangat, lembab, dan labil terjadi di permukaan bumi, maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas/atmosfer dan mengalami pendinginan.
Reny menyebutkan, setelah terjadi kondensasi akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb).
"Karena kuatnya energi dorongan ke atas saat terjadi proses konveksi maka puncak awan sangat tinggi hingga sampai freezing level," kata dia.
Freezing level tersebut terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar.
Kemudian, saat awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, terjadi hujan lebat disertai es.
Es yang turun itu bergesekan dengan udara sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil.
Potensi hujan es di Yogyakarta, menurut Reni, masih akan terjadi hingga sekitar bulan April.
"Ke depan potensi hujan es masih akan terjadi hingga berakhirnya masa pancaroba (April)," kata dia.
Baca juga: Fenomena Hujan Es Sebesar Kelereng Landa 2 Kecamatan di Yogyakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.