Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Sebut 41 Persen Masyarakat Tidak Bersedia Divaksin, Ini Saran Sosiolog

Kompas.com - 23/02/2021, 06:28 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menunjukkan hanya 55 persen masyarakat Indonesia yang bersedia untuk divaksin Covid-19. 

Sementara itu, 41 persen masyarakat lainnya tidak bersedia divaksin, sedangkan 4,2 persen sisanya tidak menjawab.

"Data kami menunjukkan, survei Indikator 1 sampai 3 Februari yang mengatakan sangat bersedia itu 15,8 persen, cukup bersedia 39,1 persen. Kalau saya jumlah, itu kurang lebih 55 persen," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Minggu (21/2/2021).

Baca juga: Survei Indikator, 41 Persen Warga Enggan Divaksin, Vaksinasi Jokowi Tak Berdampak Signifikan

Padahal, agar bisa tercapai herd immunity atau kekebalan kelompok, setidaknya ada 70 persen populasi yang divaksin atau kebal dari Covid-19. 

Lantas, apa yang harus dilakukan agar warga yang mau divaksin meningkat?

Menemukan jawabannya

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, pemerintah terlebih dahulu harus menemukan alasan mengapa banyak orang tak mau divaksin.

Menurutnya, ada kemungkinan orang tak mau divaksin karena demonstration effect, yaitu mengikuti orang yang ada di sekitarnya.

"Kalau itu bisa dengan mudah diatasi, yaitu mengirim para pengubah tindakan, misalnya para tokoh, orang-orang penting, atau artis untuk kemudian mereka menunjukkan diri sudah divaksin," kata Drajat kepada Kompas.com, Senin (22/2/2021).

Ia menjelaskan, faktor demonstration effect memang cepat merambat dan memengaruhi, tetapi juga mudah diubah.

Baca juga: Gara-gara Baca Berita Hoaks, Warga Takut Divaksin Covid-19, Lalu Sembunyi di Hutan

Aspek ideologis

Kemungkinan kedua adalah terkait ideologi atau nilai-nilai yang menganggap bahwa vaksin itu haram, konspirasi, dan lain-lain.

Untuk kemungkinan ini, Drajat menyebut cara mengatasinya agak berat.

"Kalau aspeknya ideologis, maka tidak bisa sekadar artis disuruh vaksin di depan publik, tapi harus dicari tokoh-tokoh pemikirnya, gagasan-gagasan pokoknya ada di mana," jelas dia.

"Nah, tokoh-tokoh ini perlu di-counter, dilawan," sambungnya.

Selain itu, karena vaksin merupakan sebuah inovasi, Drajat mengatakan bahwa ada beberapa sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat, di antaranya yaitu selalu mengikuti inovasi atau hal-hal baru.

Baca juga: Gagap Teknologi, Lansia Antre Daftar Vaksin Covid-19 di RSUD Kembangan

Kemudian, lead majority atau baru mengikuti ketika ada contohnya, sedangkan yang lainnya adalah kelompok yang tak pernah mau berubah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com