Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Nasihat SBY: karena Kalian Anak Presiden, Begitu Hukumnya...

Kompas.com - 22/12/2020, 13:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Walau mereda, dan saat ini menghilang sementara, perdebatan atau polemik sejak dari pencalonan sampai terpilihnya Bobby Nasution dan Gibran Rakabuming untuk jadi walikota Medan dan Solo, diperkirakan akan muncul lagi. Masalah ini akan timbul dan tenggelam silih berganti seterusnya.

Bobby dan Gibran adalah menantu dan putera Presiden Joko Widodo dan Nyonya Iriana Joko Widodo. Polemik akan terus berlangsung, entah sampai kapan.

Dalam waktu tidak lama lagi, Bobby dan Gibran secara resmi jadi walikota Medan dan Solo. Kedua kota itu akan menjadi dua titik perhatian dunia media massa (segala macam jenisnya) dan masyarakat.

Sebagian pejabat pemerintah atau penggemar berat Jokowi akan sedikit membungkukkan badan manakala masuk ke kedua kota ini. Ini sedikit bergurau.

Ketika menyimak berbagai berita menyangkut Bobby dan Gibran, asosiasi dalam benak saya selalu diikuti beberapa kalimat tulisan Presiden RI ke-6 (2004 -2014), Susilo Bambang Yudhoyono.

Seperti Jokowi, SBY juga berasal dari wilayah kaki Gunung Lawu. Boleh dibilang mereka adalah trah Lawu, walaupun Pacitan di Jawa Timur dan Solo di Jawa Tengah. Telapak kaki Lawu itu sampai ke Pacitan. Itu kata seseorang (sekarang jadi pejabat tinggi dalam pemerintahan saat ini) kepada saya tahun 2015.

Buku yang saya kemukakan dalam tulisan ini berjudul: SBY, SELALU ADA PILIHAN - Untuk Pecinta Demokrasi dan Para Pemimpin Indonesia Mendatang.

Buku ini dimunculkan oleh Penerbit buku Kompas, Jakarta 2014 menjelang berakhirnya SBY melepaskan jabatan presiden RI ke-6.

Beberapa kalimat dalam beberapa sub judul buku ini akan saya kutip atau saya cuplik terpisah satu dengan lainnya. Simaklah kalimat-kalimat tulisan SBY di bawah ini.

Kalimat-kalimat kutipan di bawah ini saya ambil dari artikel di bawah subjudul, "KEHIDUPAN BARU YANG SANGAT BERBEDA DAN BULAN MADU YANG CEPAT BERAKHIR" (halaman 104 sampai 111).

"Kehidupan Presiden, sepertinya, 24 jam kami disorot dan 'diburu' oleh pers dan publik. Ada saja. Meskipun pers dan publik tidak selalu negatif, karena mereka hanya ingin tahu apa yang dilakukan pemimpin mereka beserta keluarganya, tetapi tentu bila berlebihan, terasa kurang nyaman pula."

“Tak pelak situasi ini, dengan kehidupan pers dan politik di negeri ini yang sering cynical, kehidupan keluarga saya sering menjadi sorotan dan komentar yang miring”.

Anak dan menantu

Selanjutnya SBY mengatakan dalam tulisannya seperti berikut. "Anak-anak saya, terkadang juga anak menantu saya, sering menyampaikan isi hatinya kepada saya. Unek-unek tentang perlakuan yang dianggap kurang adil terhadap mereka."

Simak dan perhatiakan serta renungkan apa curahan hati SBY dalam tulisannya berikut ini. Ini penting sekali.

"Pa, mengapa keluarga kita tak pernah berhenti disorot dan dipergunjingkan. Yang tidak ada pun menjadi ada. Hal yang sama yang diperlakukan oleh banyak orang tidak ditanggapi, begitu kita, komentar tidak habis-habis." Begitu tulisan SBY tentang keluhan anak dan menantunya kepadanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com