AKHLAK mulia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus ditumbuh suburkan oleh semua komponen bangsa. Terlebih saat ini, saat perang melawan pandemi Covid-19.
Spiritualitas nilai mengutamakan yang lebih membutuhkan harus menjadi kebajikan publik yang hadir secara nyata .
Dalam Islam disebut Itsar yang bermakna mendahulukan orang lain atas dirinya sendiri. Dalam ajaran Kristiani, terdapat ungkapan mulia "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
Esensi nilai luhur semua agama telah memberi rujukan: utamakan orang lain untuk menciptakan kebajikan publik dan keadilan.
Saat ini terdapat beberapa program bansos yang diberikan pemerintah untuk rakyat yang memiliki keterbatasan.
Program-program itu adalah Program Indonesia Pintar (PIP), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bansos Rastra/ Bantuan Pangan Non Tunai yang merupakan komitmen pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan.
Namun, senantiasa ada cerita teladan atau sebaliknya. Ada yang sesungguhnya berhak menerima namun karena hal tertentu menjadi tidak mendapatkan.
Sementara yang menurut kriteria tidak semestinya dapat menerima, namun karena egoisme dan kedekatan dengan pihak penentu kebijakan mendapatkan yang bukan menjadi haknya.
Ada juga fenomena dadakan: ada yang mendadak merasa tidak mampu saat akan ada pembagian bansos.
Ada 130 kepala keluarga di Kecamatan Malalak Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada Senin, 13 April 2020, yang secara sukarela mengembalikan beras bantuan dari pemerintah bagi masyarakat terdampak Covid-19.
Bantuan itu mereka kembalikan didasari oleh tingginya rasa persaudaraan dan ingin memberi bagi yang lebih membutuhkan.
"Iya ada sekitar 130 warga yang mengembalikan beras bantuan. Ini murni karena rasa persaudaraan antara mereka," demikian disampaikan Bupati Agam, Indra Cakti.
Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Mereka meminta agar beras yang mereka kembalikan bisa diberikan kepada warga yang lebih membutuhkan.
Beberapa hari sebelumnya warga di Kecamatan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, juga mengembalikan 22 paket sembako dari Pemprov DKI Jakarta. Mereka merasa tidak berhak menerima bantuan.
Dua kelompok masyarakat di atas memberikan contoh teladan. Mereka telah mampu melepaskan egoisme pribadinya untuk mengutamakan orang lain.