Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Rilis Foto Tampak Dekat Erupsi Gunung Anak Krakatau

Kompas.com - 20/04/2020, 14:36 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis gambar penampakan Gunung Anak Krakatau saat terjadi erupsi.

Melansir NASA, Senin (20/4/2020), pada 13 April 2020, fenomena ini berhasil diidentifikasi oleh Operational Land Imager (OLI) pada Landsat 8.

Melalui citra tersebut, diperoleh gambar berupa warna alami dari gunung berapi saat terjadi erupsi di puncaknya.

Berdasarkan gambar yang ditangkap, terlihat adanya gumpalan plume (asap erupsi) yang membumbung tinggi dan berwarna putih bersih.

"Lokasi plume ini menunjukkan bahwa ia berasal dari gunung berapi" kata ahli vulkanologi USRA yang berpusat di Goddard Space Flight Center NASA, Verity Flower. 

Flower mengatakan, ia dan rekan-rekannya menggunakan sensor Multi-angle Imaging Spectroradiometer (MISR) pada satelit Terra NASA untuk mengukur ketinggian plume vulkanik.

Baca juga: [POPULER TREN] Erupsi Gunung Anak Krakatau | Pendaftaran Kartu Prakerja

Selain itu, untuk mengamati bentuk, ukuran, dan sifat-sifat penyerap cahaya dari partikel-partikel di dalam asap tersebut. 

"Pada tanggal 12 April, saya melihat ciri-ciri serupa pada salah satu gambar angular MISR dengan ciri seperti asap di atas puncak gunung berapi" tambah Flower.

Berdasarkan warna dari dari asap yang tertangkap pada gambar, Flower mengatakan, kemungkinan besar plume tersebut tersusun atas uap air dan gas. 

Partikel-partikel reflektif kecil membuat asap tersebut tampak berwarna putih.

Sebaliknya, partikel abu yang lebih besar dan lebih gelap cenderung terlihat berwarna abu-abu atau cokelat dalam gambar tersebut. 

Jika dilihat pada gambar, bagian yang lebih gelap dari asap memanjang ke arah utara.

Asap ini tampak lebih rendah dari segi ketinggian dibandingkan bagian yang lebih terang dan bergelombang di atas puncak gunung tersebut.

"Ada kemungkinan partikel abu yang lebih berat tetap "terbang" rendah di atmosfer dan dibawa ke utara oleh angin. Sebaliknya, partikel yang lebih ringan akan diangkut lebih tinggi dan mengembun dengan cepat di atmosfer" jelas Flower.

Baca juga: [HOAKS] Video Diklaim Letusan Gunung Anak Krakatau 10 April 2020

Menurut Flower, gunung Anak Krakatau telah menunjukkan erupsi kecil secara berkala selama beberapa tahun terakhir.

Sementara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Indonesia menyatakan bahwa bahaya dari aktivitas gunung berapi tersebut baru-baru ini adalah termasuk aliran lava dan hujan abu dengan radius 2 kilometer di sekitar kawah.

Meski demikian, status gunung tersebut masih tetap Waspada (Level 2) dan akitivtas vulkanik diketahui sudah mereda.

Sebelumnya, PVMBG melaporkan terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (10/4/2020) malam sekitar pukul 22.35 WIB. 

Dari pantauan yang dilakukan, letusan tersebut berlangsung hingga Sabtu (11/4/2020) pagi pukul 05.44 WIB. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com