Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lockdown Berakhir di Wuhan, Aplikasi Permohonan Menikah Error karena Pendaftar Membludak

Kompas.com - 09/04/2020, 19:03 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Setelah berakhirnya masa penguncian atau lockdown akibat wabah virus corona SARS-Cov-2 di Wuhan, Hubei, China, para warga kini mulai beraktivitas kembali.

Penguncian di Wuhan berlangsung selama 76 hari.

Pasca-lockdown pendaftaran untuk menikah di Wuhan meningkat. Para warga mendaftarkan permohonan menikah melalui aplikasi pernikahan online lokal yang menjadi bagian dari aplikasi ‘mini program’ yang dijalankan oleh platform teknologi China Alipay.

Sebelumnya, operasional aplikasi tersebut sempat ditangguhkan pada Februari hingga Maret 2020, dan telah dibuka kembali pada pekan pertama April 2020.

Baca juga: Benarkah Virus Corona Penyebab Covid-19 Berasal dari Pasar Wuhan?

Pendaftar membludak, aplikasi error

Membludaknya warga Wuhan yang mendaftarkan permohonan menikah mengakibatkan aplikasi mengalami gangguan dan tak bisa diakses.

Melansir dari Abacus, melalui unggahan di media sosialnya, pihak Alipay menjelaskan, data menunjukkan bahwa pendaftar pernikahan melonjak tajam hingga 300 persen dalam sehari.

Jumlah tersebut jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan rata-rata harian selama Januari 2020 dan minggu pertama April.

Alipay menyebutkan, mereka terkejut dengan lonjakan pengguna yang menyebabkan sistem mengalami pelambatan.

Meski demikian, sistem itu langsung diperbaiki dan telah normal kembali.

Baca juga: Ketika Wuhan Berangsur Pulih Pasca 11 Minggu Lockdown akibat Covid-19

Angka perceraian juga meningkat

Gambar selebaran yang disediakan oleh CloudMinds pada 7 April 2020 dan diambil pada awal Maret 2020 menunjukkan orang-orang melihat robot selama uji coba di sebuah rumah sakit lapangan di sebuah stadion olahraga di Wuhan, di provinsi Hubei tengah Cina, di mana robot digunakan selama Wabah coronavirus Cina. Robot tidak pernah berguna seperti sekarang di rumah sakit, di mana mereka membantu memerangi pandemi dengan membersihkan, memberikan informasi, membawa makanan dan obat-obatan, mengukur tanda vital dan menjadi perantara bagi dokter dan perawat yang tidak harus dekat dengan pasien sepanjang waktu dan karenanya lebih terlindungi.AFP/CLOUDMINDS Gambar selebaran yang disediakan oleh CloudMinds pada 7 April 2020 dan diambil pada awal Maret 2020 menunjukkan orang-orang melihat robot selama uji coba di sebuah rumah sakit lapangan di sebuah stadion olahraga di Wuhan, di provinsi Hubei tengah Cina, di mana robot digunakan selama Wabah coronavirus Cina. Robot tidak pernah berguna seperti sekarang di rumah sakit, di mana mereka membantu memerangi pandemi dengan membersihkan, memberikan informasi, membawa makanan dan obat-obatan, mengukur tanda vital dan menjadi perantara bagi dokter dan perawat yang tidak harus dekat dengan pasien sepanjang waktu dan karenanya lebih terlindungi.
Tak hanya angka pengajuan permohonan menikah yang meningkat. Angka perceraian di beberapa lokasi di China juga mengalami peningkatan selama masa penguncian. 

Melansir dari Daily Mail, Lu Shijun, seorang Manajer Pencatatan Pernikahan di Dazhou, Provinsi Sichuan. mengatakan, ada 300 pasangan yang hendak bercerai sejak 24 Februari 2020.

Otoritas meyakini, tingginya angka perceraian kemungkinan karena mereka terlalu lama bersama selama karantina.

Lu menduga, dengan seringnya pasangan menghabiskan watu bersama di rumah, memunculkan perdebatan dan friksi yang memicu keputusan untuk berpisah. 

Saking banyaknya kasus, otoritas di Fuzhou menetapkan batas 10 pasangan per hari yang bisa mendaftarkan permohonan bercerai.

Lockdown di Kota Wuhan secara resmi telah dibuka pada Rabu (8/4/2020).

Baca juga: Dokter di Wuhan: Belum Ada Bukti Pasien Sembuh Bisa Tularkan Virus Corona Lagi

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com