Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Banyak Pengendara yang Melawan Saat Ditilang? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 10/02/2020, 17:25 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah kasus perlawanan yang dilakukan pengemudi saat penilangan kerap terjadi di Indonesia.

Kasus yang terbaru melibatkan anggota satuan Patroli Jalan Raya (PJR) Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya (PMJ) di jalur Gardu Tol Angke 2, Grogol, Petamburan, Jakarta Barat.

Kedua petugas menilang seorang pengendara yang melakukan pelanggaran karena memarkirkan mobil di bahu jalan tol. Pengemudi tersebut memarkirkan mobilnya untuk menghindari penilangan akibat pemberlakukan aturan ganjil genap.

Saat dilakukan penilangan, pengendara justru mendorong, mencekik dan mengajak petugas untuk berkelahi.

Kejadian serupa juga pernah terjadi di beberapa daerah dalam beberapa bulan terakhir.

Lantas, mengapa fenomena perlawanan pengendara saat penilangan ini kerap terjadi?

Baca juga: Viral Video Pengendara Tidak Terima Ditilang Polisi, Ini Kronologi Peristiwanya

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, ada dua kemungkinan mengapa masyarakat melakukan perlawanan saat ditilang.

Pertama, karena adanya tanda anomi dalam masyarakat.

"Dalam teori sosiologi, anomi itu adalah norma-norma yang masih berjalan tetapi oleh masyarakat itu dilihat tidak terlalu tepat," kata Drajat kepada Kompas.com, Senin (10/2/2020).

Drajat mencontohkan kondisi itu seperti ketika traffic light yang seharusnya berfungsi sebagai norma untuk mengatur lalu lintas, justru tak dipatuhi saat perempatan sedang macet total.

Sehingga, aturan lalu lintas itu mengalami anomi karena kondisi yang tidak tepat.

Baca juga: Ada Pengemudi Marah-marah Saat Ditilang, Catat Hal yang Perlu Diketahui soal Tilang

Mengingat banyaknya fenomena perlawanan saat ditilang, Drajat menyarankan agar pihak terkait menulusuri adakah aturan-aturan yang sedang mengalami anomi.

"Oleh karena itu, mesti harus ditelusuri kalau memang banyak kejadian, aturan-aturan apakah yang sedang mengalami anomi antara aturan penilangan itu dengan kondisi perubahan di dalam masyarakat ini," paparnya.

Sebab, lanjutnya, kalau aturan itu tidak bisa mengikuti kondisi perubahan pada masyarakat, maka akan mengalami anomi.

Kedua, menurut Drajat ada kemungkinan bahwa masyarakat mengalami peningkatan baik ekonomi maupun kuasa lebih cepat dari polisi.

Sehingga, relasi kuasa antara polisi dan masyarakat yang ditilang itu berbeda.

"Kalau mereka sudah merasa lebih, itu biasanya berani melawan. Tentu hal itu menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi," kata Drajat.

Untuk menghindari hal-hal demikian, Drajat menyebut agar pihak terkait memaksimalkan tilang melalui CCTV atau tilang elektronik.

Baca juga: Fenomena Berani Lawan Polisi karena Ditilang, Apa Penyebabnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com