KOMPAS.com - Berbagai bentuk penggalangan dana di Kitabisa.com menjadi perbincangan warganet, terutama di lini masa Twitter beberapa hari terakhir.
Hal itu disebabkan karena sejumlah orang memanfaatkan layanan donasi itu untuk keperluan biaya nikah.
Tak hanya itu ada juga warganet yang menggalang donasi untuk melunasi cicilan motornya.
Menanggapi hal itu, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan bahwa dunia maya atau hyper realitas adalah ruang sosial yang sifatnya terbuka.
Artinya, siapa saja bisa punya peluang akses dan mengambil manfaat dari dunia itu.
Karena keterbukaan itu juga, tidak sedikit juga orang yang melakukan hal-hal negatif di dalamya.
"Itu tidak bisa dielakkan, tergantung pada kejelasan netiketnya, aturan-aturan atau norma-norma di dalam penggunaan internet itu," kata Drajat kepada Kompas.com (9/11/2019).
"Baik yang menyangkut kebebasan informasi yang diatur pemerintah atau yang diatur sendiri oleh media sosial itu," sambungnya.
Tak hanya itu saja, dosen sosiologi UNS itu juga menyoroti kedewasaan warganet, selaku pengguna internet.
Baca juga: Ramai Galang Dana untuk Nikah dan Cicilan Motor, Ini Tanggapan Kitabisa
Menurut Drajat, kedewasaan warganet sangat bergantung pada pengetahuan dan kesadaran mereka tentang ruang-ruang publik.
"Batas-batas norma itu sangat bergantung pada itu. Kalau norma-normanya tidak jelas atau masih kabur ya akhirnya dijadikan untuk kepentingan-kepentingan pribadi itu," papar dia.
Drajat mengatakan, dunia maya sama halnya dengan dunia realitas yang membutuhkan aturan.
Jika tidak diatur, menurut Drajat bisa terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap relasi sosial di dalamnya.
Biasanya, motif-motif yang ada di balik hal-hal aneh seperti itu didorong atas keinginan untuk eksis dan bisnis.
"Makanya netiket atau aturan-aturan penggunaan internet itu menjadi penting. Tidak sekedar yang diatur oleh negara, tapi yang diatur oleh komunitas-komunitas penggunanya itu.
Oleh karena itu, Drajat mengklaim pentingnya literasi digital agar setiap orang memperhatikan efek yang diakibatkan.
"Karena upload-nya mudah sekali, tapi efek dan pengaruhnya ini yang tidak diperhitungkan. Kesadaran ini kan harus didikkan," pungkasnya.
Baca juga: Mengenal Desa-Desa Fiktif Penerima Dana Desa...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.