KOMPAS.com - Mengantuk adalah satu hal yang wajar dialami oleh seseorang. Namun, mengantuk menjadi tak lagi wajar jika berlangsung terus-menerus atau berlebihan.
Dalam dunia medis hal ini dikenal sebagai Idiopathic Hypersomnia (IH).
IH menjadi satu kelainan neurologis dengan ciri-ciri rasa ngantuk yang tidak ada habisnya meskipun sudah tidur semalaman.
Penderita bisa merasa mengantuk bahkan tertidur di mana pun mereka berada, namun ketika telah tertidur dan terbangun, mereka tidak merasa lebih segar. Sebaliknya, mereka tetap merasa masih mengantuk.
Gangguan ini membuat siapapun yang menderita IH akan merasa kesulitan untuk bisa berpikir secara jernih dan melakukan tugas dasarnya.
Mengutip Healthline, penderita hypersomnia dapat dideteksi dengan melihat gejala yang terjadi. Misalnya merasa lemas, mudah marah, cemas, tidak selera makan, lamban dalam berpikir dan berbicara, dan susah mengingat.
Dilansir dari Hypersomnia Foundation, IH merupakan kelainan pada sistem saraf yang tidak diketahui penyebabnya.
Baca juga: Sepak Terjang Ananda Badudu, dari Galang Dana Aksi Mahasiswa hingga Dicokok Saat Tidur
Dalam sejumlah kasus, IH disebabkan oleh adanya kelebihan produksi molekul kecil yang mendorong rasa kantuk.
Selain itu bisa juga disebabkan karena kelenjar tiroid yang tidak berfungsi secara optimal.
Mereka yang paling berisiko terkena Hypersomnia adalah orang-orang yang mengalami kelelahan di siang hari, terutama pada kaum laki-laki.
Tidak kalah berisiko, para perokok dan pemabuk atau pengonsumsi obat-obatan yang menimbulkan rasa kantuk juga memiliki potensi yang besar terkena hypersomnia.
Gangguan ini dapat disembuhkan dengan cara memperbaiki pola hidup dan mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Pola hidup misalkan menghindari rokok, alkohol, dan bekerja hingga larut malam.
Cara lain adalah dengan menjaga kualitas tidur yang di malam hari setenang mungkin. Misalnya menggunakan lampu redup atau gelap, mematikan televisi, menjauhkan diri dari ponsel, dan sebagainya.
Sesungguhnya, hypersomnia bukanlah sebuah gangguan yang mengancam keselamatan jiwa, namun siapapun yang mengalaminya akan mendapati kualitas hidupnya terganggu.
Baca juga: Seberapa Bahaya Tidur di Indekos ala Sleep Box? Ini Kata Ahli
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.