Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Kompas.com - 20/05/2024, 11:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sitor Situmorang adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia, yang menghasilkan banyak karya sastra berupa puisi, cerpen, naskah drama, juga naskah film.

Pria keturunan Batak dikenal sebagai sastrawan Angkatan 45 yang memiliki pengaruh besar di dunia sastra Indonesia.

Pada masa Revolusi Kemerdekaan, Sitor, yang masih menekuni dunia jurnalistik, sempat dipenjara oleh Belanda di Yogyakarta.

Berikut biografi Sitor Situmorang.

Baca juga: Putu Wijaya, Sastrawan Serba Bisa

Riwayat pendidikan

Sitor Situmorang lahir di kaki Gunung Pusuk Bukit, tepatnya di Harianboho, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, pada 2 Oktober 1924.

Ayahnya, Ompu Babiat, adalah seorang kepala adat marga Situmorang, sedangkan dan ibunya berasal dari marga Simbolon. 

Sebagai keturunan pemangku adat Batak dan diharapkan dapat menjadi teladan dalam pemeliharaan tradisi, Sitor akhirnya diikhlaskan mengikuti pendidikan modern di sekolah kolonial Belanda.

Lima tahun pertama sekolah dasar Sitor dilalui di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Ia kemudian pindah ke Sibolga, Sumatera Utara, untuk menamatkan dua tahun terakhir sekolah dasarnya.

Pada 1938, Sitor mulai menempuh pendidikan di sekolah Belanda, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Tarutung, Sumatera Utara.

Setelah menamatkan pendidikan di MULO pada pertengahan 1941, Sitor melanjutkan pendidikannya ke Jakarta untuk menempuh pendidikan di Christelijk Middelbare Scholen (CMS), sekolah menegah atas di Salemba.

Baca juga: Buya Hamka, Ulama dan Sastrawan yang Pernah Dipenjara Orde Lama

Riwayat karier sebagai wartawan

Cita-cita Sitor Situmorang untuk menjadi ahli hukum kandas karena kedatangan Jepang.

Ia sempat belajar ke Jepang, kemudian menjadi pegawai pemerintah pendudukan Jepang di Sumatera Utara.

Setelah Jepang kalah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Sitor menjadi redaktur berkala Suara Nasional, yang diterbitkan oleh Komite Nasional daerah Tapanuli.

Padahal, saat itu ia sama sekali belum pernah bersentuhan dengan profesi jurnalistik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com